Mencari pembunuh bayaran untuk mengeksekusi Donald Trump adalah rencana alternatif. Sebelumnya Iran merencanakan pembalasan kepada AS setelah kematian Qassem Soleimani.
Artinya bahwa apapun yang terjadi, mata ganti mata. Darah diganti dengan darah. Kematian Qassem Soleimani harus dibayar dengan kematian di kubu Amerika. Iran harus membunuh salah satu dari Amerika untuk memuaskan dan meredakan emosi mereka.
Namun, tak ada satupun yang berhasil mengikuti jejak Qassem Soleimani. Dengan meluncurkan beberapa rudal saktinya, hanya merusak material tanpa kematian seorang pun dari Amerika.
Malah Iran yang mendapat kecaman dari dunia luar bahkan masyarakatnya sendiri. Melanggar kedaulatan negara Irak dengan menembakkan rudal-rudal mereka dan menembak pesawat Ukraina yang menewaskan tidak sedikit warga Ukraina dan beberapa masyarakat Iran.
Nampaknya kegagalan Iran dalam pelepasan beberapa rudalnya tersebut sudah disadari dari awal. Kecanggihan teknologi, ruang bawah tanah dan kemampuan badan intelijen negara AS sudah terkenal sejak dulu.
Karena itu, mereka mencoba menyerang pada saat orang-orang minim kecurigaan. Waktu yang dipikirkan tidak disangka oleh AS. Akan tetapi, semua sia-sia.
Lalu, apakah Iran akan diam membiarkan orang-orang meratapi kematian Qassem Soleimani begitu saja? Saya pikir terlalu naif untuk menjawab ya. Tidak, Qassem Soleimani adalah pemimpin yang berkharisma dan selain menjadi kepuasan tersendiri, pembalasan terhadap Donald atau Iran berhasil membunuh salah satu pemimpin berkharisma di AS menjawa
Namun, minimnya keterlibatan pemimpin-pemimpin top AS dalam perencanaan penembakan Qassem Soleimani memaksa Iran untuk merencanakan pembunuhan yang serius terhadap Donald Trump.
Meski Iran serius dalam perencanaan ini, bagi saya butuh orang gila untuk melakukannya. Membutuhkan John Wilkes Booth masa kini untuk membunuh dirinya Donald Trump karena ancaman perencanaan Iran membuat proteksi terhadap Donald Trump akan lebih ditingkatkan dan kewaspadaan AS akan semakin intens.
Salam!!!
Referensi:
Makin Ngeri! Iran Tawarkan Rp 42 M untuk Kepala Trump?