Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Iran Serius Mencari Pembunuh Donald Trump?

23 Januari 2020   17:25 Diperbarui: 24 Januari 2020   00:03 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump | sumber: CNBC Indonesia

Semakin panas, semakin laju. Iran masih ingin kematian Donald Trump

Sejak presiden Donald Trump menduduki kursi presiden Amerika Serikat (AS), ketegangan AS dan Iran kembali memanas. Bahkan, Donald Trump memilih keluar dari Perjanjian Nuklir yang dibuat pada era presiden AS sebelumnya Barack Obama. Lebih parahnya lagi, Donald Trump memberikan sanksi ekonomi kepada Iran.

Puncaknya pada awal tahun 2020, secara sepihak, Donald Trump menyerang Iran dengan menewaskan Qassem Soleimani, pemimpin pasukan khusus (Quds) di Iran. Iran mengecam tindakan AS dengan melakukan serangan balik ke markas AS di Irak.

Penyerangan Iran ditanggapi dingin oleh Donald Trump. Ia memilih menarik diri untuk menghindari potensi Perang Dunia III (World War III). Akan tetapi, meskipun ada indikasi penarikan diri dari Donald Trump untuk menghindari potensi perang dengan Iran, ketegangan ini belum reda. Rupanya, Iran tidak puas dengan kematian jenderal top mereka, Qassem Soleimani, apalagi balas dendam mereka tidak berhasil membunuh satu orang AS pun.

Tentunya, Iran tidak puas karena hanya menghabiskan rudalnya untuk sesuatu yang sia-sia dalam penyerangan ke markas AS di Irak. Penyerangan tersebut malah membunuh ratusan warga negara Ukraina dan beberapa dari negara lainnya yang tidak tahu konflik mereka dengan AS.

Oleh karena itu, kegeraman Iran kepada Donald Trump masih berapi-api, tak tanggung-tanggung, Iran menawarkan kepala Donald Trump seharga US$ 3 juta atau Rp 42 milyar. Bagi mereka yang berani dan berhasil menembak atau memenggal kepala Donal Trump maka ia akan dibayar sebesar itu.

"Kami akan memberikan US$ 3 juta pada siapapun yang membunuh Trump," kata Ahmad Hamzeh, anggota Parlemen Iran yang mewakili wilayah Kahnouj, sebagaimana dikutip Rabu (22/1/2020).

Akan tetapi, sebelum penawaran tersebut tersebut, ide menghargai kepala Trump dengan uang sudah pernah disebutkan dalam pidato pengantaran jenazah Qassem Soleimani. Ada tawaran hingga US$ 80 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun bagi siapapun yang bisa mendapatkan kepala presiden AS, Donald Trump.

Artinya bahwa tawaran tersebut adalah wacana lama yang bangkit setelah mati suri beberapa hari.

Ada yang menganggapi pernyataan Iran sebagai sebuah lelucon dan ada juga yang menanggapi sebatas ancaman atau menakut-nakuti Amerika. Akan tetapi, saya coba menanggapi hal ini secara serius.

Bagi saya Iran serius dengan perencanaan ini. Saya akan mengemukakan sebuah alasan untuk kita pertimbangkan.

Mencari pembunuh bayaran untuk mengeksekusi Donald Trump adalah rencana alternatif. Sebelumnya Iran merencanakan pembalasan kepada AS setelah kematian Qassem Soleimani.

Artinya bahwa apapun yang terjadi, mata ganti mata. Darah diganti dengan darah. Kematian Qassem Soleimani harus dibayar dengan kematian di kubu Amerika. Iran harus membunuh salah satu dari Amerika untuk memuaskan dan meredakan emosi mereka.

Namun, tak ada satupun yang berhasil mengikuti jejak Qassem Soleimani. Dengan meluncurkan beberapa rudal saktinya, hanya merusak material tanpa kematian seorang pun dari Amerika.

Malah Iran yang mendapat kecaman dari dunia luar bahkan masyarakatnya sendiri. Melanggar kedaulatan negara Irak dengan menembakkan rudal-rudal mereka dan menembak pesawat Ukraina yang menewaskan tidak sedikit warga Ukraina dan beberapa masyarakat Iran.

Nampaknya kegagalan Iran dalam pelepasan beberapa rudalnya tersebut sudah disadari dari awal. Kecanggihan teknologi, ruang bawah tanah dan kemampuan badan intelijen negara AS sudah terkenal sejak dulu.

Karena itu, mereka mencoba menyerang pada saat orang-orang minim kecurigaan. Waktu yang dipikirkan tidak disangka oleh AS. Akan tetapi, semua sia-sia.

Lalu, apakah Iran akan diam membiarkan orang-orang meratapi kematian Qassem Soleimani begitu saja? Saya pikir terlalu naif untuk menjawab ya. Tidak, Qassem Soleimani adalah pemimpin yang berkharisma dan selain menjadi kepuasan tersendiri, pembalasan terhadap Donald atau Iran berhasil membunuh salah satu pemimpin berkharisma di AS menjawa

Namun, minimnya keterlibatan pemimpin-pemimpin top AS dalam perencanaan penembakan Qassem Soleimani memaksa Iran untuk merencanakan pembunuhan yang serius terhadap Donald Trump.

Meski Iran serius dalam perencanaan ini, bagi saya butuh orang gila untuk melakukannya. Membutuhkan John Wilkes Booth masa kini untuk membunuh dirinya Donald Trump karena ancaman perencanaan Iran membuat proteksi terhadap Donald Trump akan lebih ditingkatkan dan kewaspadaan AS akan semakin intens.

Salam!!!

Referensi:
Makin Ngeri! Iran Tawarkan Rp 42 M untuk Kepala Trump?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun