Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Metromini, Kopaja "Hilang" di Jalanan, Akankah Mikrolet Bernasib Sama?

15 Oktober 2020   14:47 Diperbarui: 15 Oktober 2020   21:48 1344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah setelah melewati rute ini, jumlah penumpang naik cukup signifikan? Kata abang supir tidak ada perubahan. Sama saja. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain supir. 

"Demi menyambung hidup," kata abang supir yang ketika saya menanyakan namanya, dia mengaku bernama Tommy. 

Jadi, buat masyarakat yang ingin ke Blok M dari Stasiun Duren Kalibata atau sebaliknya, bisa naik angkot ini. Ongkosnya juga hanya beda Rp1500 dengan tarif bus TransJakarta. Tinggal menyeberang saja. Adanya di kolong jembatan. Kalau lagi terburu-buru ya apa boleh buat naik ojek online.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Saya pun sampai di Stasiun Duren Kalibata. Saya hitung ada sekitar 4 penumpang yang naik mikrolet ini. Kalau satu penumpang dikenai tarif Rp5000 berarti abang supir mengantongi uang sebanyak Rp20000. 

Perjalanan dari Blok M sampai Stasiun Duren Kalibata saya perkirakan sekitar 1 jam sampai 1,5 jam mengingat mikrolet melaju pelan. Tidak sekencang biasanya meski jalanan agak lengang.

Jadi, butuh waktu berapa lama supir angkot mendapatkan uang yang lebih banyak lagi? Jika selama berjam-jam saja mengaspal, uang yang didapat tak sebanding dengan rasa lelah. 

Saya jadi berpikir, apakah nasib mikrolet akan sama tragisnya dengan Metromini dan Kopaja? Jika sekarang saja dua angkutan umum ini sudah tidak terlihat "berlarian" di jalanan, bisa jadi mikrolet begitu juga tergerus oleh perkembangan jaman dan kemajuan teknologi. Cepat atau lambat. 

Jika sebelum pandemi saja, mikrolet sudah terpuruk, bagaimana saat pandemi ini terjadi yang sudah 6 bulan ini belum menunjukkan akan berhenti? Coba saja perhatikan di terminal-terminal, jumlah angkot bisa terlihat sedikit tidak seramai sebelum Covid-19.

Bicara kondisi angkutan darat di Jakarta dalam kondisi begini sudah bisa saya duga banyak yang mengalami ambruk atau gulung tikar. Setiap hari volume masyarakat yang menggunakan angkot turun drastis. Apalagi jumlah penumpang juga dibatasi. Sudah sepi penumpang eh dibatasi. Ibarat pepatah "sudah jatuh tertimpa tangga". Sungguh merana.

Terlebih pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) kembali diperpanjang hingga 28 Oktober ini hingga membuat mobilitas orang juga terbatas.

Kehidupan "nelangsa" ini kian jadi karena semakin banyak saja yang memiliki motor sendiri sehingga membuat napas mikrolet atau angkot terengah-engah. Sepertinya bisnis angkutan umum kian melongo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun