Speedboat yang saya naiki ini sudah "dibajak" oleh Kepala Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kaltara Bapak Hartono.Â
Jadi dalam speedboat ini hanya ada 8 penumpang -- Dirut LPDB Bapak Braman Setyo, Sekretaris Dirut Mbak Devi, Humas Mas Anggit, saya, kepala dinas dan dua stafnya yang perempuan, ditambah 3 awak speedbooat. Ukuran speedboat tidak begitu besar. Dan semua penumpang harus menggunakan pelampung.
Dan, ini adalah pengalaman pertama saya. Tentu saja saya begitu antusias. Bisa menikmati hembusan angin laut dan bercengkrama bersama deburan ombak. Tangan saya tak henti-hentinya bermain air laut yang membiru. Saya tak pedulikan sengatan sinar mentari yang terik. Saya kalau sudah berada di lautan, wah senangnya tidak terkira.
Melayari selat di antara pulau Tarakan dan pulau Kalimantan, serta menyusuri sungai Kayan, butuh waktu lebih dari 1 jam. Selama perjalanan ini bisa dibilang cukup tenang. Langit juga begitu cerah. Hembusan angin cukup kencang. Saya pun menikmati perjalanan ini.
Sepanjang perjalanan menyusuri sungai Kayan, saya berpapasan dengan speedboat yang menuju Tarakan serta melihat aktifitas penduduk yang tinggal di daerah aliran sungai Kayan.
Melintasi lautan adalah perjalanan yang paling menyenangkan buat saya. "Indonesiaaaaa... I love youuuuu...!" teriak saya.
Saya pun berada di Tanjung Selor, Kalimantan Utara (sebelumnya Kalimantan Timur) setelah 1 jam lebih menyeberang lautan.Â
Kaltara resmi disahkan menjadi provinsi dalam rapat paripurna DPR pada 25 Oktober 2012 berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2012 dan menjadikannya sebagai provinsi ke-34 Indonesia. Dan, ini berarti Kaltara sebagai provinsi termuda Indonesia.
Sebagai pendatang di provinsi termuda, tentunya saya ingin mengetahui lebih jauh tentang provinsi ini. Hari begitu terik.Â
Sinar mentari begitu menyengat. "Wah nggak ada bu," jawabnya. "Jadi kalau saya lagi di sini terus mau mengeksplor Tanjung Selor, nggak ada begitu?" tanya saya memastikan. "Ada sih, tapi sedikit," jawabnya.