Penjual menjelaskan, buah durian elai ini hasil "perkawinan" dengan buah durian. Hasilnya daging buahnya bertekstur lembut seperti durian, tapi warnanya buahnya tetap oranye.
Katanya, buah durian lai ini memiliki banyak variasi warna seperti jingga, dan merah. Tapi selama saya di Tanjung Selor belum sekalipun diajak untuk mencicipi buah elai berwarna jingga dan merah.
Buah ini sepertinya cocok nih buat mereka yang ingin mencoba durian tapi tak suka baunya karena aroma buah ini lebih lembut, tidak setajam buah durian biasanya.
Entah sudah berapa banyak saya makan secara saya penikmat durian. Sayangnya saya tidak sempat menanyakan berapa harga perbuahnya. Maklum, bukan saya yang bayar sih.
***
Untuk bisa sampai ke Tanjung Selor, Kalimantan Utara, "tidak mudah". Dari Bandara Soekarno Hatta dengan menumpang pesawat Garuda Indonesia Airways, harus terlebih dulu ke Bandara Tarakan. Butuh sekitar 2,5 jam perjalanan lintas udara.
Dari Bandara Tarakan lalu ke Pelabuhan Tengkayu Satu, Kota Tarakan. Jaraknya sekitar 6 KM dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Karena untuk sampai ke Tanjung Kelor kami harus menyeberangi sungai dengan menggunakan speedboat. Dan, saya berangkat dengan menaiki 'Kaltara Utama'.
Sepenglihatan saya, di pelabuhan ini penumpang cukup ramai. Saya tanya-tanya, katanya, ini pelabuhan transit bagi para penumpang. Transitnya ke berbagai tujuan seperti ke Tanjung Selor, Bunyu, Malinau, Nunukan atau Sei Nyamuk di Pulau Sebatik.
Speedboat jurusan Tanjung Selor tersedia tiap 30 menit dengan pelayaran pertama pukul 07:00 waktu setempat dan pelayaran terakhir pada pukul 16:00 WITA.Â
Dermaga pelabuhan cuma berjarak 500 meter dari loket pembelian tiket. Setiap kondektur meneriakkan jurusan dan operator speedboat itu. Jadi tidak perlu khawatir, kita tidak akan salah naik speedboat.