Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mendengarkan Kisah Suka Duka Relawan Medis Covid-19

17 Juni 2020   10:21 Diperbarui: 17 Juni 2020   16:02 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 
Bagaimana rasanya dokter berhadapan langsung dengan pasien positif Covid-19? Apakah tidak ada kekhawatiran? Saya sebagai orang awam saja "ngeri-ngeri sedap". Jangankan bersentuhan langsung, untuk ke luar rumah saja saya sudah takut duluan: takut tertular!

Bagaimana tidak? Covid-19 ini kan begitu mudah menulari. Yang saya takuti jika saya terkena Covid-19 akan menulari suami dan anak-anak saya yang masih kecil-kecil. Ini adalah sesuatu yang "mengerikan". Begitu dalam bayangan saya.

Tapi ini ada lho manusia berhati mulia yang mau menjadi relawan. Tidak tanggung-tanggung relawan medis Covid-19! Yang artinya, mereka harus siap melayani pasien Covid-19 hingga sembuh. Siapa mereka? Ya para dokter atau tim medis.

Mereka rela menghabiskan waktunya di rumah sakit untuk merawat pasien Covid-19. Bukan satu pasien yang ditangani, tapi bisa hingga ratusan. Entah bagaimana rasanya? Dag dig dug kah? Mengingat Covid-19 ini belum ditemukan vaksinnya.

Karena penasaran, saya pun mengikuti pertemuan daring bertajuk "Suka Duka Relawan Medis Covid 19", Senin (15/6/2020). Saya kebetulan diundang oleh dr. Zaenal Abidin, mantan Sekjen PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), mantan Ketua Umum PB IDI, juga mantan anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).

Pertemuan yang juga berisikan diskusi itu diselenggarakan oleh Lembaga Kajian dan Konsultasi Pembangunan Kesehatan (LK2PK), Literasi Sehat Indonesia (LiSan), Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, Komunitas Literasi Gizi (KoaLizi), dan Departemen Kesehatan BPP Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan.

Ada empat dokter yang dihadirkan untuk bercerita suka dukanya menjadi relawan Covid-19, yaitu dr. Abdul Azis, Sp.U (Ketua Satgas Covid 19 Wilayah Sulawesi Selatan), dr. Hartati B. Bangsa (Koordinator Medis RSCD Wisma Atlet), dr. Muh. Fachrurrozy Basalamah (Relawan Medis RSCD Wisma Atlet), dan dr. Rani Septiani (Survivor Covid 19).

Pengalaman dr. Hartati B. Bangsa, yang akrab disapa dr. Tati, cukup menarik untuk diikuti. Rupanya ia menjadi relawan dokter sipil pertama yang bergabung bersama personil TNI dan Polri sebagai relawan medis Covid-19 di RSCD Wisma Atlet Kemayoran.

"Saya ingat betul, saat diresmikan pada 23 Maret 2020, pukul 18.00 WIB kurang lebih 250 pasien mengantri untuk diberikan layanan. Hari kedua sebanyak 300 pasien. Yang paling berat adalah menguatkan mental pasien sementara mental kami sendiri down," tutur perempuan berhijab ini.

Bisa dipahami mengapa mental para dokter saat itu down. Karena kala itu, jumlah dokter masih sedikit, terbagi dalam 5 tim. Setiap tim berjumlah 5 - 6 orang. Jumlah pasien dalam satu lantai berkisar 50-60 orang, dengan lima orang dokter.

"Beratnya" menjadi dokter relawan ketika di RSCD Wisma Atlet ketika ia harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang cukup lama. Bukan hanya delapan jam tapi sampai 16 jam karena kondisi pasien tidak berhenti masuk dan harus dilayani. Berat badannya pun sempat susut hingga 8 kg hanya dalam waktu 10 hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun