Mohon tunggu...
Neng Rosi Resmalasari
Neng Rosi Resmalasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ancaman Konflik di Laut Cina Selatan: Tantangan Terhadap Kedaulatan Indonesia dan Satbilitas Regional

21 Mei 2024   17:00 Diperbarui: 21 Mei 2024   17:03 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laut China Selatan telah menjadi salah satu wilayah dengan potensi konflik terbesar di dunia, dengan berbagai negara mengklaim bagian-bagian dari laut yang kaya akan sumber daya ini. Bagi Indonesia, ancaman konflik di Laut China Selatan bukan hanya isu internasional, tetapi juga menyangkut kedaulatan dan keamanan nasional. Artikel ini akan membahas berbagai aspek ancaman ini dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi Indonesia serta stabilitas regional secara keseluruhan.

Pertama, Laut China Selatan memiliki arti strategis yang signifikan bagi Indonesia, terutama wilayah di sekitar Kepulauan Natuna. Wilayah ini, yang merupakan bagian dari Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, sering kali menghadapi intrusi dari kapal-kapal China yang mengklaim perairan tersebut sebagai bagian dari sembilan garis putus (nine-dash line). 

Klaim ini bertentangan dengan hukum internasional, khususnya Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS). Pada tahun 2016, Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag telah memutuskan bahwa klaim sembilan garis putus oleh China tidak memiliki dasar hukum. Namun, China tetap melanjutkan kegiatannya di kawasan tersebut, mengabaikan keputusan ini dan menantang kedaulatan maritim negara-negara di sekitarnya, termasuk Indonesia.

Kedua, ancaman ini juga mencakup aspek diplomatik. Indonesia, meskipun tidak terlibat langsung dalam sengketa klaim wilayah di Laut China Selatan, memiliki peran penting dalam ASEAN dan dalam upaya menjaga stabilitas regional. Posisi Indonesia sebagai negara non-klaim memberikan keuntungan diplomatik karena bisa menjadi mediator yang netral. Namun, hal ini juga berarti bahwa Indonesia harus berhati-hati dalam menavigasi hubungan dengan China dan negara-negara ASEAN lainnya. Dalam hal ini, Indonesia harus terus mendorong solusi damai dan multilateral melalui mekanisme ASEAN serta mendukung upaya diplomatik untuk mengurangi ketegangan.

Ketiga, stabilitas regional adalah elemen yang sangat penting dalam konteks ini. Laut China Selatan adalah jalur pelayaran internasional yang sangat vital, dengan sekitar sepertiga perdagangan dunia melewati perairan ini. Gangguan terhadap jalur pelayaran ini akan memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi global. Untuk Indonesia, yang sangat bergantung pada perdagangan maritim, gangguan semacam itu dapat merusak ekonomi nasional dan mengganggu stabilitas domestik. Oleh karena itu, menjaga keamanan dan stabilitas di Laut China Selatan bukan hanya penting bagi Indonesia, tetapi juga bagi stabilitas ekonomi regional dan global.


Keempat, peran aktor eksternal, terutama Amerika Serikat, menambah lapisan kompleksitas dalam situasi ini. AS, sebagai kekuatan militer dan ekonomi global, memiliki kepentingan untuk memastikan bahwa jalur pelayaran internasional tetap bebas dan terbuka. Kehadiran militer AS di kawasan ini sering kali dilihat sebagai penyeimbang terhadap dominasi China. Namun, bagi Indonesia, keterlibatan AS bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, dukungan AS bisa membantu mengimbangi kekuatan China; di sisi lain, hal ini bisa meningkatkan ketegangan dan memaksa Indonesia untuk memilih pihak dalam konflik besar. Indonesia harus tetap konsisten dalam kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif, mempromosikan solusi damai dan menghindari keterlibatan langsung dalam konflik kekuatan besar.

Kelima, memperkuat kemampuan pertahanan maritim adalah keharusan bagi Indonesia. Dalam menghadapi ancaman di Laut China Selatan, TNI Angkatan Laut harus memiliki kapasitas yang memadai untuk menjaga kedaulatan wilayah maritim Indonesia. Ini termasuk modernisasi alutsista, peningkatan anggaran pertahanan, dan latihan militer yang intensif. Selain itu, patroli rutin di perairan yang rentan terhadap pelanggaran harus ditingkatkan. Kerjasama dengan negara-negara sahabat, baik dalam bentuk latihan militer bersama maupun pertukaran informasi intelijen, juga sangat penting untuk memastikan bahwa Indonesia dapat merespons ancaman dengan efektif.

Terakhir, Indonesia harus terus memanfaatkan diplomasi multilateral melalui forum-forum internasional seperti PBB, ASEAN, dan lainnya. Dukungan komunitas internasional sangat penting untuk mengatasi tantangan di Laut China Selatan. Indonesia harus menjadi pemimpin dalam mengadvokasi solusi damai yang berdasarkan hukum internasional dan prinsip-prinsip keadilan. Ini tidak hanya akan membantu mengamankan kepentingan nasional Indonesia, tetapi juga berkontribusi pada stabilitas dan keamanan regional yang lebih luas.

Dalam menghadapi ancaman konflik di Laut China Selatan, Indonesia harus mengadopsi pendekatan yang cerdas dan komprehensif. Melalui diplomasi yang cermat, peningkatan kapabilitas pertahanan, dan kerjasama regional yang kuat, Indonesia dapat mengatasi tantangan ini dan memastikan bahwa kedaulatan nasional serta stabilitas regional tetap terjaga. Tantangan ini juga memberikan peluang bagi Indonesia untuk memainkan peran yang lebih besar dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun