Waktu terasa begitu cepat berlalu, semakin menyadarkan kita bahwa ramadhan akan segera pergi. Seiring dengan perjalanan akhir ramadhan ini kita berada pada saat yang krusial dalam perjalanan spiritual.
Bekal akhir Ramadhan menjadi penting sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendapatkan manfaat maksimal dari bulan suci penuh berkah ini.
     Karenanya momen Ramadhan ini perlu dioptimalkan untuk kepentingan akhirat kelak, dan sebaik-baiknya bekal adalah taqwa, hal yang sejalan dengan tujuan ibadah puasa yang diwajibkan.
     Salah satu hal yang sangat kita khawatirkan apakah ibadah yang kita kerjakan semenjak awal Ramadhan berhasil mendapatkan pahala yang berlipat ganda atau jangan-jangan kita seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW yakni golongan orang-orang yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga semata?
     Di penghujung bulan Ramadhan ini, sudah selayaknya kita melakukan muhasabah diri. Sadarkah kita bahwa amalan kita masih sedikit? Sudahkan kita layak mendapatkan derajat taqwa atau semua itu masih jauh panggang dari api? Berapa banyak dan sebaik apakah amal ibadah yang telah kita kerjakan semenjak awal Ramadhan? Atau kita hanya bermalas-malasan seperti bulan-bulan sebelumnya.
Ramadhan merupakan bulan yang penuh kerahmatan, keberkahan dan kemuliaan. Kepergiannya kini amat dirasakan dan akan ditangisi oleh seluruh umat Islam yang benar-benar menghayati dan memanfaatkan kedatangannya dengan melaksanakan berbagai ibadah, baik itu yang wajib dan ibadah sunnah. Lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita merasa kepergiannya terasa biasa-biasa saja. Atau malah bergembira karena terbebas dari kewajiban berpuasa? Jika demikian, kita sepatutnya memohon ampun pada Allah SWT.
      Sebagaimana yang kita ketahui, ibadah puasa yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, kesungguhan dan istiqamah bukan saja meningkatkan keimanan, malah ia dapat menghapuskan dosa kesalahan yang lalu. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang berpuasa dengan penuh keimanan serta mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka Allah SWT akan mengampunkan segala dosanya yang telah lalu". (HR Bukhari).
            Kiranya, sebelum bulan yang mulia ini benar-benar pergi, bergegaslah untuk memperbanyak ibadah di waktu yang masih tersisa. Tetaplah bertahan dengan segala amalan yang dikerjakan sejak awal mula Ramadhan. Dan hendaklah senantiasa ditingkatkan karena di malam-malam terakhir ini terdapat malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bukan seperti yang terjadi selama ini, makin ke ujung Ramadhan, semangat kita untuk beribadah kian memudar.
          Namun, Jika diperhatikan kondisi masyarakat di akhir Ramadhan, sebagian mereka sudah disibukkan dengan hiruk pikuk Idul Fitri. Luapan kegembiraan sangat terasa. Mall-mall dan pusat perbelanjaan menjadi lebih ramai dari biasanya. Lalu lintas pun padat, lambat merayap. Banyak rumah dan pagar berganti cat. Baju baru, kue lebaran, dan aneka makanan enak juga telah dipersiapkan.
          Kondisi tersebut berbeda dengan para sahabat dan salafus shalih. Semakin dekat dengan akhir Ramadhan, kesedihan justru menggelayuti generasi terbaik itu. Tentu saja kalau tiba hari raya Idul Fitri mereka juga bergembira karena Id adalah hari kegembiraan. Namun menjelang akhir Ramadhan seperti ini, ada nuansa kesedihan yang sepertinya tidak dimiliki oleh kita generasi di masa kini.