Mohon tunggu...
Nella Dewi
Nella Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jangan Menua Tanpa Cerita :)

Aku adalah apa yang tak perlu kau tahui📝

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kisah Sang Pemimpi

16 September 2021   15:58 Diperbarui: 16 September 2021   16:05 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

           Hallo, Assalamualaikum. Perkenalkan ini aku dan kisahku. Namaku Nella Dewi, biasanya sering dipanggil lala. Kalau berbicara tentang kisah, kisah ku mungkin sedikit berbeda dengan mereka. Rumit, tapi yang pasti patut untuk di syukuri. Ya, apapun yang terjadi dalam hidup mu, patut untuk kamu syukuri, segala sesuatu yang datang dan segala sesuatu yang pergi itu sudah menjadi skenario sang pencipta semesta ini. Dan kamu, kamu hanya perlu bersyukur. Itulah yang selalu aku tekankan dalam kehidupanku.

            Bermula dari kisah ini, awal dimana segalanya dimulai. Desa Ie Dingen kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan, aku terlahirkan. Dari Rahim seorang wanita cantik berhati malaikat, yang sering ku sebut my hero. Dia sosok yang luar biasa, bertaruh nyawa demi memberikan aku dunia. Dia rela kehilangan nyawa demi kehidupan baru putrinya. Ya, dia meninggal dunia, setelah melahirkan aku. Tepat pada tanggal 21 April 2001, sejarah dari kisah ku bermula. 

Dari kecil aku sudah tidak memiliki seorang ibu, bahkan aku tidak pernah merasakan peluk hangat dari beliau. Tapi satu hal yang aku tahu, dia sudah memberikan dunianya untuk ku, dia sudah memberikan aku kehidupan, itu tandanya dia sangat mencintaiku, dia sangat menyayangiku, dia menggantungkan harapan besarnya padaku. Dan aku, aku tidak harus mengecewakannya, aku harus tetap bertahan pada dunia yang mungkin amat menyedihkan untuk kehidupan ku yang serba rumit. Setelah ibu meninggal, aku tinggal bersama nenek ku, dan saudara dari ibu ku. 

Aku juga memiliki Ayah dan satu saudara perempuan. Tapi setelah ibu meninggal, beberapa tahun kemudian Ayah menikah lagi dan membawa saudara perempuanku bersamanya. Aku juga tidak tahu persis bagaimana ceritanya aku bisa tinggal bersama nenek dan saudara dari ibuku, bukan bersama Ayah. Ya sudahlah, waktu itu mungkin aku sangat kecil, masih belum tahu apa-apa tentang masalah orang dewasa. Intinya aku juga tidak tinggal bersama Ayah dan saudara perempuanku. 

Aku menyebutnya paket komplit, tidak ada Ayah dan Ibu, juga tidak ada saudara perempuan. Ya sejauh ini aku menikmati kehidupanku, walaupun sebenarnya aku tidak bisa membohongi diriku, aku sangat membutuhkan mereka. Dan beruntungnya aku, meskipun aku tidak tinggal dengan keluarga sendiri, aku juga memiliki orang-orang yang sangat menyayangiku. Kasih sayangnya bahkan sama seperti ibu dan anak pada umumnya. 

Dia kakak dari ibu aku, aku sering memanggilnya dengan sebutan mamak. Dan adik dari ibu ku, aku sering memanggilnya dengan sebutan cecek. Mereka itu orang-orang baik, bahkan sangat baik. Tidak ada seorangpun yang bisa menggantikan mereka dihidupku, tidak ada seorangpun yang bisa menandingi kasih sayang mereka untuk ku. Mereka, bahkan sudah berperan sebagai Ayah dan Ibu dalam kehidupanku. Aku sangat menyayanginya, aku tidak tahu apa jadinya hidupku tanpa mereka. Aku tidak tahu apa jadinya aku tanpa semangat dan dukungan dari mereka, dan yang pasti aku tidak ingin mengecewakan mereka, walaupun terkadang sikap dan perbuatan aku sempat membuat mereka kecewa. Yang namanya manusia pasti tidak luput dari salah, dari salah kita belajar untuk menjadi benar. Dan setelah apa yang terjadi dalam kehidupanku, aku selalu ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aku dituntut untuk dewasa pada usia yang belum dewasa. 

Dari aku menduduki bangku sekolah dasar, aku sangat jarang untuk main-main bersama teman-teman ku diluar. Aku selalu menghabiskan waktu ku sendiri dirumah, setelah pulang sekolah aku selalu dituntut untuk tidur siang dan belajar, mengulang lagi pelajaran yang aku pelajari disekolah. Dan akan begitu seterusnya, wajar saja aku menjadi pribadi yang introvert. Karena aku sangat jarang berbaur dengan lingkungan. Keseharian ku hanya belajar, kalaupun bermain, aku hanya bermain sendiri dengan boneka-boneka kecil ku. Hoby kecil ku dulu menggambar dan menulis.

 Aku senang menggambar apa saja yang ada di sekelilingku, mulai dari pemandangan, rumah-rumahan, dan yang paling sering aku sering menggambar wajah animasi setelah itu aku sering memotongnya dengan gunting dan memainkanya. Bermain drama sendiri. Kadang mamak juga sering memarahi ku dengan hoby ku, karena aku bukan hanya menggambar dibuku gambar yang sudah disediakan, aku juga menggambarnya disetiap buku pelajaran sekolah ku, bahkan aku juga mengguntingnya sesuai gambaran ku. Lucu memang kalau di ingat, masa-masa kecil yang tidak mungkin bisa terulang.

Aku juga sangat gemar menulis, dengan menulis barangkali aku merasa lebih mampu mengungkapkan apa yang ingin aku ungkapkan. Dari dulu sampai sekarangpun masih sama, mungkin benar aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan, aku tak cukup berani melihat banyak netra menuju aku. Aku terlalu menutup diri. 

Berbeda halnya dengan beberapa teman yang aku kenal, mereka lebih percaya diri dengan mengemukakan argumentasi pada setiap mosi, berani mengeluarkan pendapat dengan paradigma sendiri, tanpa harus menanggung beban, menyimpan pendapat dalam diam. Dan sejauh ini, setelah melewati beberapa tahap pendewasaan, di bangku SMP dan SMA aku berusaha keluar dari zona nyaman ku. Mulai membuka diri, dan mulai memberanikan diri untuk bersosialisasi dengan sekitar. 

         Setelah aku meninggalkan bangku sekolah, aku mulai menyusun lagi tujuan-tujuanku, rencana-rencanaku. Mau kemana dan menjadi apa aku? Dan beruntungnya aku, aku memiliki orang-orang yang selalu mendukung apapun keputusan yang ku pilih. Dan aku memilih untuk melanjutkan pendidikan ku, untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita ku menjadi seorang dosen. Dan untuk menjadi seorang dosen, aku harus keluar dari zona nyaman ku, aku tidak boleh menutup diri lagi. 

Aku harus bisa membuang semua ketakutan itu. Dan tiba saatnya, aku lulus di salah satu kampus di Aceh Barat dengan mendapatkan Biayasiswa BIDIKMISI, di program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dan aku tidak ingin melewatkan kesempatan ini.  STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh adalah nama tempat aku menempuh pendidikan S1. Tidak mudah berada dititik ini, aku memakan banyak hinaan dan cacian. Mimpiku di tertawakan, harapan ku dijatuhkan. 

Bahkan oleh orang yang aku kenal dan masih berhubungan darah denganku. Ku telan sendiri, ku jadikan senjata untuk pertahanan diri. Satu hal yang ku tahu, aku harus membuktikan itu dan aku harus mewujudkan mimpiku. Karena ada orang yang harus ku bahagiakan, ada orang yang harus melihat kesuksesan ku. 

Aku adalah harapan mereka semua yang menyayangiku. Sedikit demi sedikit aku terus berjuang meraih mimpi-mimpiku, aku terus berusaha meningkatkan kualitas diriku. Aku tidak pernah menyesali apapun yang terjadi dalam hidupku, apapun yang datang dan apapun yang pergi, aku percaya Tuhan sedang merencanakan yang terbaik untuk kehidupan ku yang lebih baik. Aku yakin setiap niat yang baik akan berbuah baik. Dan aku percaya itu. Inilah kisah ku, lala si pemimpi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun