Mohon tunggu...
Sid noise
Sid noise Mohon Tunggu... Buruh - Jangan Mau di Bungkam

Akun subsidi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dilema Negeri Kretek

27 Juni 2020   18:18 Diperbarui: 27 Juni 2020   18:25 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kebanyakan orang merasa sains itu bebas nilai, jadi semisal ilmu sosial itu cenderung subjective dan pengetahuan alam objective. Namun saya kira sains itu juga di manfaat kan untuk kepentingan politik dan ekonomi, pada akhirnya tidak lagi bebas nilai.

Dewasa ini banyak kepalsuan kita ketahui dengan atas nama sains itu sendiri seperti fosil manusia purba dan dinosaurus palsu seperti itu. Semakin banyak kepalsuan atas nama sains ini terbukti tidak benar salah satu di antaranya yang di sinyalir palsu adalah tengang Rokok.

Banyak kontoversi yang mengelilingi Rokok, ada apa dengan Rokok?
Di indonesian sendiri pajak Rokok per tahun nya mencapai 150 Triliun, belum lagi pekerja yang berhubungan dengan Rokok mencapai 6 juta jiwa. Kalau belakangan ini pemerintah melakukan wacana pengurangan dan membuat regulasi pengurangan rokok pasti menjadi dilema.

Dan selain sisi positif seperti di atas ada juga negatif nya seperti yang di katakan departemen kesehatan tentang ongkos kesehatan yang harus dibayarkan diatas nilai positif yang di dapat, nilai nya ada yang menyebutkan sampai 400 hingga 600 Triliun, Dan ini bentuk nya data Macro yang penuh asumsi dan perkiraan, juga beberapa datanya terindikasi hoax, tapi anggap saja benar.

Dan jika data macro di atas di kerucutkan menjadi lebih kualitatif dan sosiologis, akan terlihat fakta menggelikan bahwa orang terkaya di negeri ini ternyata di nafkahi oleh orang fakir miskin. 

Jadi begini, baik secara individu atau keseluruhan, pengeluaran fakir miskin paling besar itu yang pertama Nasi/pangan, kemudian Rokok, lalu Kuota internet.

Menggelikan karena fakir miskin itu aneh, ketika harga bbm naik 500 - 3000 demo sampai pengrusakan, sementara jika Rokok Naik ya biasa aja, disini masalah sosilogis dimana masyarakat fakir miskin menghidupi orang terkaya ini dan kembali masalah nya ekonomi.

Makanya karena masalah nya kembali ke ekonomi, penelitian mengenai kesehatan tentang rokok menjadi "Bermasalah" menjadi krusial yang ini berbanding terbalik dengan pada dasar nya sains itu harus bebas nilai dan tidak meninggalkan kontroversi. Makanya pengetahuan mengenai hal ini yang di jejalka  pemerintah itu menjadi aneh, dimana Rokok di kenalkan sebagai pembunuh ribuan orang yang di dukung juga para ilmuan tentunya juga para ulama yang pada akhirnya MUI mengharamkan Rokok.

Tetapi ada juga penelitian lain yang menyatakan Tidak, mereka mengatakan bahwa rokok dilarang ini bukan tidak membuat sakit, melainkan karena konspirasi yang sangat besar di belakangnya. Prof. Sutiman mengagakan kadar zat kimia dalam rokok itu tidak cukup membuat kangker, bahkan jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Perdebatan ini tentu saya sendiri tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, pasti sulit sekali menghadapi ratusan triliun bukan?.

Namun jika demikian karena semuanya kembali kepada uang dan juga dilema antara melarang dan membiarkan rokok ini, kenapa tidak mencoba si rokok nya di buat sehat? Daripada munafik melepas pajak tidak mau, melepas ketidak pastian, di demo di kedua sisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun