Mohon tunggu...
Nelda Lawolo
Nelda Lawolo Mohon Tunggu... Mahasiswa

Aku menulis bukan karena tahu segalanya, tapi karena aku sedang mencari, bertanya, dan kadang terdiam.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika IPK Menjadi Tujuan Akhir, Padahal Pendidikan Seharusnya Menyentuh Akal dan Hati

5 Agustus 2025   10:21 Diperbarui: 5 Agustus 2025   10:19 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak-anak yang memperlihatkan nilainya masing-masing (Sumber: Pixabay/Dimafe )

IPK yang tinggi selalu dielu-elukan, menjadi hal yang banyak di kerjar oleh banyak mahasiswa. Memang tidak salah, ia bisa membuka pintu magang, peluang kerja, bahkan bisa menjadi peluang untuk dapat beasiswa. Tapi, saat IPK satu-satunya menjadi tolak ukur atau target keberhasilan, si situlah pendidikan sebenarnya kehilangan jati dirinya.

Banyak siswa dan mahasiswa terjebak dalam sistem ini. Mereka belajar bukan  agar mengetahui sesuatu, melainkan hanya takut gagal. Bukan untuk berkembang, melainkan ingin dapat nilai A. Akhirnya, kelas menjadi tempat dimana bisa memburu nilai, bukan untuk bertumbuh dan berubah mulai dari akal dan karakter. Padahal, bukankah pendidikan seharusnya tempat dimana kita bisa merubah mindset berpikir kita, memperluas cakrawala dan membentuk kepribadian?

Tak jarang, IPK tinggi diraih hanya dengan memanipulasi, seperti: mencontek, caper ke dosen agar dapat nilai tambahan, atau hanya sekedar hafal pada saat ujian berlangsung, setelah itu hilang lenyap. Lalu bagaimana mungkin melalui angka-angka tersebut dapat mencerminkan kecerdasan yang sejati?

Di sisi lain, banyak mahasiswa dengan IPK sedang atau terendah, justru memiliki kemampuan komunikasi yang mumpuni, leadership yang kuat serta kreativitas yang sangat luar biasa. Tapi sayangnya, sistem yang seringkali memihak daripada potensi yang dimiliki siswa.

Inilah saatnya kita bertanya: apa tujuan kita untuk belajar?
Apakah hanya sebatas secarik kertas ijazah dengan nomor IPK yang besa?
Atau agar menjadi pribadi yang lebih kritis, terbuka, dan siap menghadapi dunia nyata?

Pendidikan seharusnya menyentuh lebih dari sekadar akal. Ia harus menyentuh hati, integritas, nilai-nilai hidup dan menciptakan manusia yang seutuhnya, bukan sebatas robot penghafal teori.

Mari, saatnya kita mengubah cara pandang kita. IPK memang penting, tapi bukan segalanya. Yang lebih penting adalah menjadi sosok pembelajar sejati, haus akan ilmu, rendah hati dan siap berubah lebih baik lagi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun