Bermula sejak tahun 2019, dunia digemparkan oleh pandemi Covid-19, yaitu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Corona versi baru di Wuhan, Tiongkok. Virus ini lalu masuk ke Indonesia pada awal tahun 2020.Pandemi Covid-19 ini membuat pemerintah memberlakukan social distancing, aturan baru ini mengharuskan warga Indonesia dan dunia untuk melakukan pembatasan sosial dan melakukan segala aktivitas di dalam rumah atau biasa disebut dengan karantina. Karantina yang berkelanjutan ini merupakan salah satu pemantik dari meledaknya jumlah penggunaan media sosial, khususnya di kalangan remaja.
Media sosial menawarkan konten yang beragam. Media sosial merupakan tempat atau medium yang memudahkan para penggunanya untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara online tanpa batasan ruang dan waktu. Media sosial bisa diakses kapan saja dan Dimana saja, ini memberikan keluwesan terhadap para penggunanya. Penggunaan media sosial pada masa Covid-19 meningkat pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaknik bertambah sebesar 13% atau sekitar 490 juta orang. Menurut wearesocial.com, 47% Masyarakat mengakses media sosial lebih lama dibandingkan dengan sebelum masa pandemi.
Media sosial tentu ada banyak jenis, seperti Instagram, X, Facebook, Tiktok dan lainnya. Tiktok sendiri merupakan salah satu media sosial yang memberikan keleluasaan bagi para penggunanya. Aplikasi buatan ByteDance ini mencuri perhatian para pengguna yang berasal dari kalangan anak muda karena fiturnya yang mudah digunakan untuk membuat video dan musik kreatif (Hui, 2017). Di Indonesia sendiri pengguna Tiktok di dominasi oleh kalangan remaja. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Dipstrategy, yaitu pengguna TikTok dengan usia 10-19 tahun sebanyak 32,5%. Jumlah pengunduhan aplikasi ini yang semula berada di posisi ke-7, sejak pandemi terjadi mengalami kenaikan sehingga berada di posisi pertama hingga saat ini.
Di tengah situasi yang membosankan dan tersedia banyaknya waktu luang, banyak orang mencari cara untuk menghibur diri melalui Tiktok. Tiktok menyediakan ruang bagi para pengguna untuk menciptakan konten konten seperti komedi, edukasi, tantangan, dan lainnya. Tiktok memungkinkan penggunanya untuk membagikan konten tersebut kepada pengguna lain. Mereka juga bisa saling berinteraksi dengan cara memberikan like, comment, dan reaksi. Apabila dibandingkan dengan media sosial lainnya, dengan adanya beberapa fitur yang telah diciptakan, TikTok terlihat sangat menarik bagi anak muda karena banyaknya fitur yang terus mengalami update sehingga tidak membosankan. menggunakan TikTok sebagai media sosial yang bisa menghibur dikala merasa bosan.
Bagi para remaja yang melakukan pembelajaran secara daring, TikTok merupakan sumber pengetahuan dan informasi-informasi yang lengkap dari berbagai bidang. TikTok memberikan platform bagi remaja untuk mengekspresikan diri secara kreatif melalui video, musik, dan tarian  untuk menunjukkan bakat dan kepribadian mereka. Bagi beberapa remaja, TikTok menjadi peluang untuk membangun merek pribadi atau memulai usaha kecil. Mereka dapat mempromosikan produk atau jasa melalui platform ini, membuka jalan untuk kewirausahaan.
Di samping dampak positif Tiktok, semua hal pasti memiliki dampak negatifnya. Remaja dikenal sebagai tahap dalam mencari, menemukan, dan membentuk identitas diri. Remaja sibuk untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai jati diri mereka. Maka dari itu, remaja mudah dalam mencoba dan meniru perilaku yang dilakukan oleh sekitarnya. Mulai dari meniru Gerakan kurang pantas, gaya berpakaian, dan ucapan yang tidak baik. Hal tersebut membuat karakter remaja terganggu, dimana mereka hanya bisa melihat melalui video lalu menirukan tanpa disaring.
Dampak negatif lainnya ialah bersumber pada tren yang ada dan ter-update. Para remaja berharap mereka bisa eksis di mata orang lain, keinginan seperti ini meningkat sehingga memenuhi kebutuhan akan validasi atas eksistensi mereka. Konsep diri yang terbentuk dari tren-tren Tiktok ini secara tidak sadar membentuk ego yang tinggi dan berpotensi menyebabkan narsisme pada remaja. Hal ini tentunya merupakan ancaman bagi karakter remaja di Indonesia karena rasa cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan.
Ketergantungan pada TikTok juga menjadi dampak negatif dari penggunaan Tiktok yang dapat mengurangi interaksi sosial di dunia nyata. Remaja yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar mungkin kehilangan kesempatan untuk membangun hubungan interpersonal yang sehat. Padahal, interaksi langsung dengan teman sebaya sangat penting untuk perkembangan emosional dan karakter remaja.
Pandemi Covid-19 bisa dibilang memiliki peranan besar dalam dunia teknologi khususnya penggunaan media sosial Tiktok. Tiktok menawarkan ruang bagi remaja untuk mengekspresikan diri, menciptakan konten kreatif, dan terhubung dengan komunitas secara virtual, alat hiburan dan pembelajaran yang menarik. Namun, meskipun TikTok memiliki banyak dampak positif, Perkembangan karakter remaja yang terpapar pada konten TikTok tetap memiliki risiko besar mengalami kerusakan karena tidak adanya batasan dan kesadaran. Menggunakan media sosial perlu seimbang dari berbagai macam sisi, dengan menikmati fitur dan konten yang tersedia dengan interaksi sosial yang sehat dan penanaman nilai-nilai yang positif. Ini akan membentuk karakter remaja yang lebih baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI