4. Reformasi Pendidikan dan Vokasi
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memperkuat pendidikan vokasi melalui politeknik dan sekolah kejuruan yang terintegrasi dengan industri. Kolaborasi dengan perusahaan seperti Astra dan Siemens memastikan kurikulum sesuai kebutuhan pasar, sehingga lulusan lebih cepat terserap sebagai pekerja. Ini krusial mengingat 60% pengangguran terbuka di Indonesia adalah pemuda usia 15-24 tahun.
Dengan strategi ini, pemerintah berhasil menurunkan tingkat pengangguran dari 7,07% pada 2020 menjadi 5,32% pada 2023, meskipun tantangan seperti otomatisasi dan perubahan iklim tetap ada.
Implikasi terhadap Perekonomian Indonesia
Pengurangan tingkat pengangguran terbuka oleh pemerintah memiliki implikasi positif yang luas terhadap perekonomian Indonesia, yang bergantung pada konsumsi domestik dan ekspor. Berikut adalah beberapa dampak utama:
1. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi (PDB)
Setiap penurunan 1% pengangguran dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 2-3%, menurut model ekonomi Okun's Law yang disesuaikan untuk negara berkembang. Dengan lebih banyak orang bekerja, pendapatan rumah tangga naik, yang mendorong konsumsi dan investasi. Pada 2023, pertumbuhan PDB Indonesia mencapai 5,05%, sebagian besar didorong oleh sektor manufaktur dan jasa yang menyerap tenaga kerja baru.
2. Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan
Pengangguran terbuka berkontribusi pada 20% kemiskinan di Indonesia. Dengan menciptakan pekerjaan, pemerintah mengurangi ketergantungan pada bantuan sosial, sehingga anggaran negara bisa dialihkan ke sektor produktif. Indeks Gini (ukuran ketimpangan) turun dari 0,388 pada 2020 menjadi 0,380 pada 2022, menunjukkan distribusi pendapatan yang lebih merata.
3. Stabilitas Inflasi dan Neraca Pembayaran
Tenaga kerja yang lebih banyak berarti produksi meningkat, yang menekan inflasi akibat permintaan. Selain itu, pengangguran rendah mendorong ekspor tenaga kerja terampil, meningkatkan remitansi dari TKI yang mencapai USD 10 miliar per tahun. Namun, jika pengangguran turun terlalu cepat tanpa keseimbangan, bisa timbul inflasi upah yang merugikan daya saing ekspor.