Mohon tunggu...
Ahmad Sastra
Ahmad Sastra Mohon Tunggu... Dosen - penulis

Ahmad Sastra adalah seorang penulis buku, baik fiksi maupun non fiksi sekaligus berprofesi sebagai dosen filsafat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teosofi Gempa: Relasi antara Dimensi Saintifik dan Spiritual

6 Desember 2022   11:47 Diperbarui: 6 Desember 2022   21:31 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Ahmad Sastra

Perspektif teosofi menganjurkan manusia  dua dimensi dalam melihat fenomena alam, yakni dimensi sains dan dimensi spiritual. Membaca dua dimensi ini harus seiring sejalan terhadap fenomena alam gempa Cianjur atau berbagai gempa lainnya di seluruh muka bumi ini. Dengan demikian akan melahirkan inovasi-inovasi saintifik, meningkatkan kesadaran spiritual dan melahirkan rasa empati kemanusiaan.

Benar apa yang ditulis Desi Ratriyanti dalam situs JalanDamai bahwa dari perspektif saintifik, bencana alam adalah proses dari evolusi bumi dalam menemukan bentuk barunya yang terus-menerus berubah. Penting diketahui bahwa bumi yang kita tinggali saat ini tengah mengalami proses perubahan selama ratusan bahkan ribuan tahun.

Tanah yang kita pijak hari ini boleh jadi ratusan tahun sebelumnya adalah lautan. Atau, danau yang kita lihat saat ini, puluhan tahun sebelumnya adalah puncak gunung. Gempa bumi dengan demikian adalah proses untuk menemukan keseimbangan semesta. Tentu saja proses keseimbangan itu didasarkan oleh kehendak Allah.

Secara santifik, gempa Cianjur berkekuatan magnitudo (M) 5,6 disebabkan setidaknya oleh empat faktor alam sebagaimana diungkapkan oleh Ahli geologi Awang Harun Satyana.  Pertama,  pusat gempa dangkal (10 km) sehingga energinya lebih kuat mengguncang permukaan.

Kedua, wilayah lereng-kaki gunung secara topografi bukan area yang stabil bila terlanda gempa dapat memicu longsor terjadi. Ketiga, tanah berasal dari pelapukan endapan gunung api berumur muda yang belum cukup terkonsolidasi sehingga energi gempa tidak segera hilang tetapi teraduk-aduk bahkan menguat (amplifikasi) di permukaan.  

Keempat konstruksi bangunan tidak tahan gempa seperti pada umumnya rumah-rumah dibangun apalagi di wilayah perkampungan. Selain itu ada dua kemungkinan sesar penyebab gempa Cianjur, yakni sesar tua seumur Sesar Cimandiri atau sekitar 20 juta tahun yang tak terpetakan sebab tertutup endapan gunung api muda atau dibawah 1 juta tahun dan bergerak kembali mematahkan batuan membangkitkan gempa.

Secara geologis, gempa bisa dibaca dengan pendekatan saintifik, terlebih jika sering terjadi di suatu wilayah tertentu. Otoritas wilayah atau pemerintah harus memiliki perencanaan bangunan rumah penduduk yang tahan gempa, sebagaimana dilakukan oleh otoritas Jepang. Dalam konstruksi bangunan di Jepang, ada tiga prinsip konstruksi agar bangunan lebih tahan terhadap gempa, antara lain struktur dengan sistem antiseismik, redaman, dan struktur seismik terisolasi. 

Rumah anti gempa dibuat dengan bahan kayu, bukan tembok. Rumah yang terbentuk dari kayu terlihat banyak dibuat di Jepang yang terkenal dengan negara yang kerap ditimpa musibah gempa bumi. Kayu memiliki kelebihan untuk mereduksi gempa, sehingga bangunan tidak mudah roboh.

Sistem peringatan dini gempa juga harus menjadi perhatian serius ototritas wilayah yang sering terjadi gempa. Ketika bencana gempa bumi melanda Jepang, tepatnya di kawasan Prefektur Fukushima pada Rabu, 16 Maret 2022 pukul 23.36 waktu setempat, sistem peringatan dini bisa berjalan dengan baik dan merata.

Dengan mengirimkan sebuah tangkapan layar sebelum terjadi gempa berkekuatan 7,3 Magnitudo tersebut sudah ada pemberitahuan dari Badan Meteorologi setempat. Pemberitahuan akan terjadinya gempa itu masuk ke handphone tiap warga 10 menit atau 5 menit sebelum terjadinya gempa. Bunyi peringatan itu mirip suara alarm, sehingga warga bisa berlindung dan mencari perlindungan sejak dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun