Mohon tunggu...
Nazifah Zakiyyah
Nazifah Zakiyyah Mohon Tunggu... Lainnya - student

law

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Orang Tua dalam Pencegahan Perilaku Seksual yang Terjadi pada Remaja

29 Desember 2020   10:55 Diperbarui: 29 Desember 2020   11:12 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Peran orang tua dalam mengawasi dan mengajarkan anak sangat penting, karena pergaulan anak sangat berpengaruh dari pengawasan orang tua serta lingkungan sekitar.  Banyak orang tua yang hanya memberi kebutuhan materi kepada anaknya padahal kewajiban orang tua seharusnya memenuhi semua aspek kebutuhan anaknya. Orang tua berperan besar dalam memilih lingkungan pergaulan anaknya.Pendidikan paling dasar yang harus diberikan orang tua kepadanya anaknya adalah Pendidikan Rohani, agar kelak anaknya tumbuh dan dapat bersosialisasi dimasyarakat sesuai dengan ajaran agama dan norma yang berlaku dimasyarakat (Sulistianingsih & Widayati, 2016).

Terlebih di jaman yang semakin maju ini pergaulan anak harus sangat diawasi agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. Pendidikan Seksual (sexeducation) sejak dini seperti memberitahu pada anak tentang batasan bagian tubuh yang boleh diperlihatkan ke orang lain dan bagian tubuh yang tidak boleh di perlihatkan kepada orang lain untuk menghindari terjadinya kekerasan seksual. Meskipun di Indonesia Pendidikan seksual ini masih tabu tetapi, orang tua wajib memberitahu kepada anaknya.Terlebih jika anak sudah beranjak remaja rasa ingin tahunya yang lebih dapat menjadi faktor ia akan melakukan perilaku seksual tersebut (Sulfasyah & Nawir, 2017).

Saat memasuki usia remaja umumnya manusia sudah mulai menyukai lawan jenisnya dan sudah adanya dorongan yang mengarah ke perilaku seksual karena dorongan hormonnya. Semakin banyaknya tayangan yang kebarat-baratan yang ditayangkan ditelevisi seperti film romantis menyebabkan remaja ingin meniru tokoh idolanya seperti berpacaran dalam film tersebut. Remaja yang berisiko tinggi melakukan perilaku seksual biasanya remaja yang kurang berkomunikasi baik dengan orang tua. Peran orang tua dalam penyampaikan tentang batasan pergaulan anak dengan memberikan penanaman nilai-nilai moral dan dapat mengamalkan nilai-nilai agama sehingga dapat mengendalikan dorongan seksual dengan baik. Namun, orang tua tetap harus memberikan kepercayaan kepada remaja sehingga remaja bisa terbuka dengan orang tua bagaimana pergaulan yang ia alami (Haryani, wahyuningsih, & haryani, 2016).

Adanya pergaulan bebas di setiap daerah membuat remaja dapat terjerumus dengan perilaku seksual pranikah. Banyak remaja yang memilih untuk menikah dini karena, yang melatar belakangin remaja menikah dini karena banyaknya kasus hamil pranikah. Dalam kenyataannya kehamilan pada usia muda itu tidak bagus untuk kesehatan calon ibu, karena Rahim dan panggulnya belum kuat. Banyak pula remaja yang memilih untuk menggugurkan kandungannya karena merasa belum siap atas resiko dari apa yang telah ia perbuat. Dampak dari seks bebas dapat menyebabkan infeksi penularan seperti HIV/AIDS yang meningkat pada kalangan remaja (Irmawaty, 2013).

Peran orang tua sangat penting dalam pengawasan pergaulan anaknya terlebih anak yang sudah masuk usia remaja, agar remaja tidak terjerumus dengan lingkungan yang kurang sehat yang dapat membuat ia melakukan perilaku seksual pranikah. Dengan memberitahu bahayanya kehamilan diluar nikah seperti resiko kesehatan calon ibu, penyakit infeksi menular, rusaknya masa depan remaja, hingga yang paling parah dapat menjadi gangguan mental karena sanksi sosial yang akan remaja dapatkan dari lingkungan sekitanya. Perhatian dan komunikasi antara orang tua dan remaja yang baik serta kemauan orang tua untuk mendengar cerita anak remajanya dapat membuat remaja akan terbuka terhadap apa yang sedang ia rasakan. Sehingga, hal tersebut dapat meminimalisir remaja melalukan perilaku seksual pranikah serta perilaku lainnya yang menyimpang dari norma-norma sosial dan norma-norma agama. Seharunya dalam kasus seksual pranikah ini kita semua dapat bekerjasama untuk mensosialisasikan akan bahaya dari seksual pranikah karena semakin maraknya kasus ini seharusnya sudah bukan lagi menjadi hal yang tabu untuk mensosialisasikannya terutama bagi para remaja. Diharapkan dari banyaknya sosialisasi sexeducation dapat menekan angka perilaku seksual pranikah dan aborsi pada remaja (Giri, 2013).


DAFTAR PUSTAKA
Sulistianingsih, A., & Widayati, W. (2016). Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Memberikan Pendidikan Seks Pada Anak. Ilmiah Kebidanan. 7(2) hlm 34–43.
Sulfasyah, S., & Nawir, M. (2017). Peran Orang Tua Terhadap Pengetahuan Seks Pada Anak Usia Dini. Pendidikan. 4(2) hlm 223–232.
Haryani, D. S., Wahyuningsih, W., & Haryani, K. (2016). Peran Orang Tua Berhubungan dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja di SMKN 1 Sedayu. Ners Dan Kebidanan Indonesia. 3(3). hlm 140-144.
Irmawaty, L. (2013). Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa. Kemas. 9(1). hlm 44–52.
Giri, M. K. W. (2013). Pendidikan Seks Berbasis Karakter Sebagai Upaya Menekan. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III. 3. hlm 266–272.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun