Mohon tunggu...
nayla aurarahma
nayla aurarahma Mohon Tunggu... Mahasiswa

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilema Pacarana: Sumber Ketengan atau Justru Penambah Stress?

7 Oktober 2025   06:07 Diperbarui: 7 Oktober 2025   06:07 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada era globalisasi ini pacaran menjadi tren yang diikuti oleh remaja jaman sekarang, mulai dari yang masih sd hingga yang sudah bekerja. Remaja yang tidak memiliki pacar dianggap sebagai remaja yang tidak gaul dan kuno. Ketika beberapa dari mereka ditanya mengapa berpacaran ada yang menjawab sebagai support system, sebagai tempat berkeluh kesah atau juga sebagai penghilang stress. Apakah benar pacaran bisa menghilangkan stress atau justru menjadi sumber dari stress itu sendiri?.

Nyatanya banyak penelitian yang menujukkan bahwa pacaran justru menjadi sumber dari stress itu sendiri, terutama bagi remaja yang masih labil atau belum matang dalam berpikir, mereka beranggapan bahwa pacaran adalah hal yang sangat menyenangkan karena hanya meliahat dari media sosial saja. Pada sosial media atau film-film pacaran digambarkan sangat menyenangkan dan selalu indah, seperti date romantis, traveling bersama dan momen-momen indah lainnya. Jarang sekali kita diperlihatkan sisi buruknya, seperti ketika bertengkar, patah hati, dan stress.

Akibatnya banyak yang merasa hubungan yang mereka lakukan tidak seindah yang di gambarkan di film dan media sosial. sehingga banyak dari mereka yang terjebak di hubungan yang toxic karena berpikir bahwa "semua hubungan ada masalahnya." Atau "kalau cinta itu harus berjuang." Padahal ada perbedaan besar antara berjuang bersama dan berjuang melawan hubungan itu sendiri.

Hubungan yang toxic atau tidak sehat dapat memicu stres yang signifikan. Pertengkaran kecil yang terus menerus, kesalah pahaman, kecurigaan dapat menguras emosi dan energi sehingga membuat seseorang merasa lelah secara mental. Ketika masalah masalah tersebut tidak diselesaikan dengan baik dampaknya akan merembet ke kehidupan sehari-hari seperti prestasi belajar, hubungan dengan teman atau bahkan bisa merembet ke masalah kesehatan.

Stress yang terus-menerus bisa melemahkan sistem imun, terganggunya pola tidur dan memperburuk suasana hati. Psikosomatis atau masalah psikologis yang menyebabkan gejala fisik yang nyata seperti sakit kepala, mag, atau sesak napas karena tekanan dari hubungan romantis.

Penting bagi remaja untuk mengenali kapan pacaran berubah dari sesuatu yang menyenangkan menjadi beban. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain: terus-menerus overthinking tentang hubungan, merasa cemas setiap kali melihat notifikasi dari pacar, prestasi akademik menurun drastis, menarik diri dari keluarga dan teman-teman, perubahan pola makan atau tidur, dan merasa tidak bebas menjadi diri sendiri.

Ketika seseorang lebih sering merasa sedih, cemas, atau marah dibandingkan bahagia dalam hubungan, itu adalah sinyal kuat bahwa sesuatu tidak beres. Jika energi lebih banyak dihabiskan untuk bertengkar dan berbaikan daripada untuk tumbuh bersama, maka hubungan tersebut justru menjadi penghambat, bukan pendukung.

Anggapan bahwa pacar adalah satu-satunya support system adalah keliru. Remaja perlu memahami bahwa ada banyak sumber aupport system yang lebih stabil dan sehat. Seperti keluarga, meskipun kadang berbeda pendapat dan pola pikir, tetap saja keluarga menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk berkeluh kesah. Teman-teman dekat yang sudah lama dikenal juga bisa menjadi tempat berbagi yang lebih nyaman.

Selain itu, mengembangkan hubungan yang kuat dengan diri sendiri adalah kunci utama. Belajar untuk nyaman dengan diri sendiri, memiliki hobi dan minat di luar hubungan romantis, serta mengembangkan keterampilan mengelola emosi akan jauh lebih bermanfaat dalam jangka panjang.

Kesimpulan

Pacaran yang dianggap sebagai tren di kalangan remaja saat ini ternyata tidak selalu menjadi solusi untuk menghilangkan stres seperti yang banyak diasumsikan. Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa pacaran justru dapat menjadi sumber stres yang signifikan, terutama bagi remaja yang secara emosional belum matang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun