Mohon tunggu...
nawla barus
nawla barus Mohon Tunggu... mahasiswa universitas jenderal soedirman

deskripsi diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Captain America dan Cermin Kekuasaan Amerika dalam Budaya Populer MCU

10 Oktober 2025   21:28 Diperbarui: 10 Oktober 2025   21:28 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Captain America: The First Avenger (2011) - Credit IMDb


Sebagai penggemar film Marvel, saya melihat bagaimana Marvel Cinematic Universe (MCU) telah menjadi cerminan iklim politik. Dewasa ini sulit untuk mengabaikan persinggungan antara budaya populer dan politik. Ke mana pun kita pergi, politik seolah-olah telah masuk ke dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk sarana hiburan seperti film. Para pahlawan super selalu menjadi simbol keadilan dan memperjuangkan apa yang benar. Di dunia MCU ini kita dapat melihat tema ini dieksplorasi melalui karakter seperti Captain America yang berjuang melawan sistem yang menindas dan membela kaum tertindas.


Dari film Captain America: The First Avenger (2011) saja fokusnya diarahkan pada makna simbolis para tokoh utama dalam film. Konfrontasi antara pahlawan Amerika dan penjahat asing di dunia hiburan mencerminkan posisi global Amerika sebagai negara adidaya yang memerangi "kejahatan".  Narasi Steve Rogers telah membuat penonton terpikat oleh motivasi dan kesediaannya untuk mengabdi kepada negara. Ia digambarkan sebagai individu yang bertekad untuk menjunjung tinggi keyakinan dan nilai-nilai moralnya serta mencapai tujuannya meskipun memiliki keterbatasan fisik. Narasi kemudian bergeser untuk memberi Rogers kesempatan untuk diterima di militer dengan menyuntikkan serum prajurit super. Transformasi fisik ini benar-benar memberi karakter tersebut persona baru, yaitu Captain America.

Perkembangan Film Superhero Pasca 9/11


Terkait dengan pentingnya film sebagai agenda politik, terdapat istilah geopolitik populer yang dikembangkan oleh Simon Dalby dalam Novak (2021). Film-film Hollywood memberikan persepsi imajiner tentang gagasan-gagasan geopolitik praktis di dunia dengan membingkainya dalam pemahaman yang disederhanakan tentang politik internasional. Representasi politik dunia dalam film-film blockbuster Hollywood berakar dalam dan terjalin erat dengan berbagai wacana geopolitik yang muncul di bioskop-bioskop di seluruh dunia.


Menurut Bruno dalam tesisnya berjudul Infinity Wars: Post 9/11 Superhero Films and American Empire, pada tahun 2019, film superhero telah menyumbang lima dari sepuluh film terlaris sepanjang masa, dengan lebih dari 70 film superhero dirilis sejak 9/11 (dan terus bertambah). Paradigma geopolitik praktis pasca-11 September berubah total di seluruh dunia, terutama di Amerika Serikat. Persepsi tentang terorisme dan ancaman keamanan baru menjadi fokus utama strategi keamanan dan pertahanan. Tak lama kemudian, paradigma geopolitik praktis ini diterapkan pada geopolitik populer sinema Hollywood. Tanpa diragukan lagi, Marvel Cinematic Universe sebagai waralaba Amerika film superhero adalah yang paling sukses di bidangnya dengan total kotor lebih dari $22,5 miliar di box office seluruh dunia. Berbagai franchise Captain America versi Steve Rogers telah dirilis dalam alur cerita Marvel's The Avengers -- Captain America: The First Avenger (2011),The Avengers (2012), Avengers: Age of Ultron (2015), Captain America: Civil War, (2016), Avengers: Infinity War (2018), dan Avengers: End Game (2019).

Film dan Realitas


Film-film Marvel memiliki daya tarik besar bagi penonton di seluruh dunia. Mengapa demikian? Terkait dengan ini, Ritvik Nayak dalam artikelnya berjudul The Cultural Impact of Marvel Films menjelaskan bahwa  MCU telah merancang semesta yang berfokus pada para pahlawan super individual sekaligus perjalanan mereka bersama. Hal ini merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan dunia yang akan membuat penonton terus menonton film demi film dan menjadikan pahlawan super sebagai bagian penting dari budaya populer.


Dalam artikel berjudul Captain America: Ideology and Canon: A Textual Analysis, Roluga menyebutkan ideologi Captain America menunjukkan karakternya karena identitasnya ditentukan oleh keyakinan dan nilai-nilai positif Amerika dan selaras dengan ideologi nasional Amerika. Ideologi ini telah disaring dan berfokus pada aspek-aspek "demokrasi, republikanisme, penentuan nasib sendiri, supremasi hukum, kesempatan yang sama, dan kebebasan berekspresi". Cara termudah untuk memahami ideologi asli Cap ditunjukkan dalam debutnya di MCU, Captain America: The First Avenger (2011). Nama "Star Spangled Man" langsung merujuk pada keselarasan ideologisnya karena merujuk pada lagu kebangsaan AS "Star Spangled Banner".  


Dalam jurnal Making American Collective Identity through Captain America: The First Avenger (2011), Toulhri menjelaskan bagaimana MCU menghadirkan paralel kontroversial antara Hydra dan Nazisme, dan antara Hitler dan Schmidt. Perbandingan "Heil" untuk Hitler dan "Hail" untuk Hydra telah memicu perdebatan dan pertanyaan tentang apakah Hydra merupakan organisasi Nazi. Meskipun komik Captain America diciptakan untuk memerangi Nazi Jerman selama Perang Dunia II, penggambaran Hydra dalam film-film tersebut berbeda dari komik aslinya. Hydra, sebuah organisasi teroris fiksi, memiliki karakteristik yang sama dengan Nazi Jerman, seperti senjata, kemajuan ilmu pengetahuan, kekuatan, dan kewaspadaan. Seragam mereka menyerupai pakaian Nazi, meskipun dengan logo yang berbeda.


Disisi lain, dapat dilihat juga bahwa film-film Marvel telah menciptakan salah satu basis penggemar yang hidup dan berkembang. Hal ini bisa dilihat dari berbagai komentar dan teori penggemar terkait film-film Marvel. Beberapa penggemar berat Marvel bahkan memiliki koleksi merchandise Marvel termasuk mainan, poster, action figure, dsb. Selain koleksi merchandise, penggemar Marvel juga mengekspresikan kecintaan mereka terhadap waralaba ini melalui cosplay, fan art, dan fan fiction sebagai bagian dari kehidupan banyak orang. Selain layar lebar, pengaruh Marvel juga terlihat dalam budaya konsumen. Dari figur aksi dan pakaian hingga wahana taman hiburan, karakter-karakter Marvel telah menjadi simbol ikonis yang jauh melampaui film itu sendiri.


Dapat disimpulkan bahwa film memberikan kemampuan bagi manusia untuk memperluas pemahaman mereka tentang identitas nasional mereka dalam narasi geopolitik yang jauh lebih luas, tanpa menyadarinya. Dampak film-film Marvel seperti trilogi Captain America terhadap budaya populer telah mengubah wajah perfilman. Marvel membawa superhero ke arus utama, mendorong keragaman representasi yang lebih besar dalam produk media, dan mengangkat isu-isu sosial yang aktif melalui platform mereka. Popularitas besar yang diraih MCU menjadi bukti yang cukup bahwa kisah-kisah pahlawan super, jika dinarasikan dengan cermat, dapat membawa dampak yang produktif pada budaya secara global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun