Mohon tunggu...
MOH NUR NAWAWI
MOH NUR NAWAWI Mohon Tunggu... Founder Surenesia dan Nawanesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / Hubungi saya di lynk.id/nawawi_Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Demokrasi, Ojol, dan New Civil Society

30 Agustus 2025   04:02 Diperbarui: 30 Agustus 2025   14:29 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puluhan massa unjuk rasa di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat mempreteli besi sehingga pagar gerbang utama bolong, Jumat (29/8/2025).(KOMPAS.com/Syakirun Ni'am)

Mari menundukkan kepala, merendahkan hati dan mengenang Affan Kurniawan.

Dan tak lupa terus mengingatkan bahwa akar masalah terjadinya demontrasi ini adalah kebijakan pemerintah dan DPR akhir-akhir ini yang tidak pro rakyat, minimnya empati para pemimpin kita terhadap kondisi rakyat. Dan solusinya harusnya pemerintah dan wakil rakyat yang terhormat sudah harus tahu, tentunya jika masih menggunakan hati dan nurani, jika tidak maka sudah tidak ada lagi yang di harapkan dari demokrasi negeri ini.

Langit senja Jakarta 28 Agustus 2025 terlihat murung. Mendung menggantung. Udara panas, namun langit kelabu. Ada ribuan orang berteriak di depan gedung DPR. Ada sirene. Ada gas air mata. Ada derap sepatu aparat. 

Di tengah hiruk-pikuk itu, seorang ojol bernama Affan Kurniawan. Ia tidak bawa spanduk. Tidak ikut demo. Tidak teriak slogan. Ia hanya melintas. Mungkin habis antar pesanan. Mungkin mau pulang. Tapi di situlah ajal menjemputnya. Sebuah mobil aparat melintas kencang. Tubuhnya tergilas. Helmnya terpental. Ia meninggal di jalan yang setiap hari ia lewati untuk mencari rezeki.

Kabar itu menyebar secepat cahaya. Grup WhatsApp ojol ramai. Telegram mereka penuh notifikasi. Nama Alfan mendadak jadi milik semua orang. Malam itu, ribuan ojol berkumpul. Besoknya, mereka tumpah ruah di jalanan Jakarta. Lautan jaket hijau mengawal jenazahnya. Motor-motor berderet panjang. Klakson bersahut-sahutan.

Itu bukan sekadar iring-iringan duka. Itu pernyataan sosial. Pesan diam, kami ada. Kami solid. Dan melihat konvoi itu nampak ribuan ojol menutup jalan protokol. Orang-orang berhenti di pinggir jalan. Banyak yang merekam. Banyak yang menitikkan air mata. Ada haru. Ada juga getar ketakutan, ternyata mereka bisa sebesar ini.

Fenomena itu membuat kita semua bertanya, apakah kita sedang menyaksikan lahirnya civil society baru?

Selama ini kita mengenal civil society: LSM, serikat buruh, organisasi mahasiswa, kelompok keagamaan. Tapi kini muncul wajah baru. Mereka bukan aktivis. Bukan mahasiswa. Bukan buruh pabrik. Mereka adalah driver ojek online atau kita kenal ojol.

Ilustrasi OJOL (Sumber:Koleksi Pribadi)
Ilustrasi OJOL (Sumber:Koleksi Pribadi)

Kenapa ojol?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun