Mohon tunggu...
navisa rapulana
navisa rapulana Mohon Tunggu... mahasiswa

orang yang ingin mencoba hal baru biar ada pengalaman hidup

Selanjutnya

Tutup

Seni

Karawitan: Pelestarian Napas Budaya di Lingkungan Kampus

22 September 2025   15:15 Diperbarui: 22 September 2025   15:29 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Performance di pembukaan acara ADIA Annual Internasional Conference 2025 (Sumber: instagram @karawitan_uinsurakarta)

Karawitan, Warisan yang Bernyawa

Di tengah populernya musik pop akibat derasnya arus globalisasi, seni tradisional karawitan kerap dinggap kuno dibandingkan budaya populer lainnya. Namun, anggapan tersebut tidak berlaku di UIN Raden Mas Said Surakarta. Di kampus ini, karawitan justru  membuka ruang baru bagi mahasiswa untuk berkembang. Meskipun baru berdiri pada 13 Februari 2025, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Karawitan yang diberi nama "Wening Jati" berhasil menunjukkan eksistensinya. Berbagai acara kampus telah sukses mereka iringi dengan alunan gamelan. Bahkan, ketika open recruitment bulan Agustus banyak mahasiswa yang mendaftar menjadi bukti nyata bahwa seni tradsional ini masih mendapat tempat di hati peminatnya.

Seni tradisional karawitan tidak hanya sekadar bunyi gamelan yang enak didengar, tetapi juga simbol kebersamaan, harmoni, dan filosofi hidup masyarakat khususnya Jawa. Keberadaan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) karawitan menegaskan bahwa mahasiswa tidak lupa akan akar budayanya, meskipun hidup di era arus globalisasi, rangkaian alunan gamelan yang tenang namun penuh makna menjadi pengingat bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak membuat kita memutus hubungan dengan tradisi.

Kebangkitan Karawitan di Kampus

Keberhasilan UKM karawitan "Wening Jati" dalam waktu kurang dari setahun patut diapresiasi. Dengan penuh percaya diri, mereka berhasil mengalunkan gamelan lembutnya di berbagai acara kampus. Melalui akun Instagram @karawitan_uinsurakarta, tampak jelas kiprah mereka yang pernah menjadi pembuka acara resmi ADIA Annual Internasional Conference 2025, mengiringi untuk acara penarikan KKN UIN Raden Mas Said Surakarta 2025, hingga tampil dalam opening ceremony PBAK di UIN Raden Mas Said Surakarta pada bulan Agustus kemarin. Hal ini menunjukkan bahwa seni tradisional masih bisa bersaing dengan budaya modern.

Tantangan yang Menjadi Peluang

Setelah banyak mendapat sambutan hangat, UKM karawitan tetap menghadapi tantangan. Menjaga konsistensi latihan, melestarikan kualitas alunan, dan cara menarik minat generasi yang lebih akrab dengan musik modern adalah pekerjaan besar yang harus terus diupayakan. Terlebih persepsi generasi muda yang kerap menganggap musik tradisional kalah menarik dibanding musik populer. Jika tidak dikelola dengan kreatif, karawitan bisa kembali terpinggirkan. Meski demikian, tantangan ini dapat sekaligus  peluang untuk mahasiswa bisa lebih kreatif dalam berkolaborasi dengan seni kontemporer agar lebih dekat dengan kehidupan mahasiswa masa kini tanpa kehilangan jati diri. Lebih jauh lagi, karawitan bisa menjadi daya tarik kampus di mata masyarakat luar, menunjukkan bahwa perguruan tinggi tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga dalam menjaga warisan budaya bangsa.

Peran Kampus dan Mahasiswa

Dukungan dari kampus juga diperlukan untuk keberlanjutan UKM Karawitan. Penyediaan ruang Latihan, fasilitas, dan apresiasi dari pimpinan universitas akan menjadi energi penting untuk membentuk semangat mahasiswa tidak pudar. Begitu juga bagi anggota UKM, yang perlu menjaga komitmen agar euforia karawitan ini tidak hanya sesaat di awal pembentukannya. Dengan begitu, seni karawitan akan benar-benar menjadi napas budaya di lingkungan kampus, bukan hanya tren yang singkat.

Pembentukan UKM Karawitan "Wening Jati" UIN Raden Mas Said Surakarta adalah bukti bahwa seni tradisional tidak pernah mati. Ia  hanya menunggu ruang untuk kembali bernapas. Antusiasme mahasiswa dalam melestarikan karawitan menunjukkan bahwa generasi muda mampu melestarikan budaya Jawa, sekaligus pelopor yang bisa membawanya ke panggung yang lebih luas. Jika semangat ini terus dijaga, karawitan tidak hanya akan hidup di kampus, tetapi juga akan terus mengalun sebagai identitas bangsa yang patut dibanggakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun