Mohon tunggu...
Nauval Akbar Muzaki
Nauval Akbar Muzaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - penulis handal banget

hallo kompasianers

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Invisible Man" Film Horor Psikologi tentang Toxic Relationship yang Bikin Jantungan

28 April 2021   14:46 Diperbarui: 28 April 2021   14:49 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source image: blackxperience.com

Banyak film-film horor Hollywood yang merupakan adaptasi dari novel. Ada yang sukses, tetapi tidak sedikit juga yang gagal. Pada awal 2020 kemarin, terdapat film berjudul The Invisible man (2020) persembahan dari Universal Pictures yang merupakan adaptasi novel karya Herbert George Well yang mendapat respon yang cukup positif bagi para penikmat film horor.

Untuk film The Invisible Man, Universal Pictures menggandeng sutradara Leigh Whannell, yang pernah menulis berbagai macam film horror terkenal seperti Saw (2004), Saw II (2005), Saw III (2006), Dead Silence (2007), Insidious (2010), Insidious: Chapter 2 (2013), dan memulai debut menjadi sutradara pada film Insidious: Chapter 3 (2015).

Film The Invisible man berkisah tentang seorang wanita bernama Cecilia (Elizabeth Moss) yang mencoba untuk kabur dari hubungan toxic relationship yang dijalin Bersama pasangannya bernama Adrian (Oliver Jackson). Adrian sendiri adalah seorang ilmuan genius yang kaya raya dan Cecilia selama ini terus dikekang dan menjadi korban kekerasan suaminya. Cecilia yang berhasil kabur dengan bantuan adiknya bernama Emily (Harriet Dyer) dan bersembunyi dirumah James (Aldis Hodge) dengan putrinya Sydney (Storm Reid). Ketika Cecilia bersembunyi dirumah James, Cecilia masih merasa takut untuk keluar rumah dikarenakan trauma yang dialami ketika tinggal bersama Adrian. Dua minggu setelah kabur, Cecilia mendapat berita mengenai Adrian yang dikabarkan telah bunuh diri. Mendengar kabar itu Cecilia tidak percaya dan mersa bahwa Adrian masih hidup dan meneror dirinya dengan sosok tak kasat mata yang membuat Cecilia dipandang gila oleh teman dan adiknya.

Dari Segi penyutradaraan, Leigh Whannell sangat pintar membuat para penonton terbawa suasana yang mencekam dan seakan-akan kita masuk dalam kejadian tersebut yang membuat kita sebagai penonton ikut deg-degan dengan kejadian-kejadian yang akan terjadi selanjutnya. Leigh Whannell juga memadukan horror psikologi, thriller, dan science fiction pada film ini yang membuat lebih masuk akal dari pada film orisinal yang digarap James Whale pada tahun 1933.

Plot cerita yang juga ditulis oleh Leigh Whannell terbilang sangat menarik, jalan cerita yang disuguhkan membuat para penonton menjadi penasaran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya dan karakter development setiap karakter yang sangat kuat mengingat pengalamannya sebagai penulis pada film horor ternama seperti Insidious dan Saw, membuat kita sebagai penonton tidak ragu akan kemampuan menulisnya. 

Akting Elisabeth Moss ketika memerankan sebagai Cecilia disini sangat memukau, perasaan kita akan ditarik ulur dengan emosi dan kegilaan yang dialaminya. Kita akan menjadi stres dengan apa yang Cecilia alami pada film tersebut. Elisabeth sendiri pernah meraih penghargaan Golden Globe Award atas akting memuakau pada dunia film dan televisi. Selain Elisabeth terdapat juga tokoh-tokoh lainnya yang tidak kalah keren, seperti Aldis Hodge sebagai James yang memperlihatkan akting emosional yang sangat apik.

Dalam segi sinematografi kita akan disuguhkan dengan pengambilan-pengambilan gambar yang akan membuat kita tidak nyaman. Salah satu contohnya seperti mengambil gambar dapur untuk beberapa detik tanpa adanya tokoh siapa pun yang sampai akhirnya kita diperlihatkan terjadinya kebakaran pada dapur tersebut, hal tersebut yang membuat suasana menjadi creepy. Pada film ini juga terdapat sedikit adegan action yang apik, seperti pertarungan para polisi dengan makhluk tak kasat mata dengan pergerkan kamera yang terus berjalan sehingga kita tidak ada jeda untuk bernafas.

Musik ambience juga termasuk elemen penting pada film ini, penempatan efek musik dalam film ini terkesan tidak asal-asalan, mengingat banyak sekali film horor yang menggunakan efek musik sebagai bumbu "jumpscare" agar filmnya  menjadi menyeramkan. Berbeda dengan The Invisible Man yang memanfaatkan musik ambience agar kita masuk kedalam suasana yang gelap dan mencekam. Terdapat hal menarik pada soundtrack film The Invisible Man, yaitu dengan adanya lagu Rich Brian yang berjudul Kids menjadi salah satu soundtrack film tersebut. Rich Brian sendiri adalah rapper yang berasal dari Indonesia, sehingga akan menjadi kebanggan tersendiri bagi rakyat Indonesia dengan masuknya lagu karya anak bangsa ke kancah film Hollywood.

The Invisible Man sendiri sudah rilis pada tanggal 27 Februari 2020 di Australia dan 28 Februari 2020 di Amerika, Indonesia sendiri menjadi negara yang mendapatkan kesmpatan lebih awal yaitu tanggal 26 Februari 2020. Dan sekarang kita dapat menyaksikan The Invisible Man pada layanan streaming HBO Max atau HBO Go. Film The invisible Man memiliki rating R (dewasa 18 tahun ke atas) sehingga tidak bisa semua orang dapat menikmati film ini. Mengenai score, The Invisible Man mendapat rating 7.1/10 pada IMDb dan pada rotten tomatoes mendapatkan 91% tomatometer dan 88% audience score.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun