Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi sosial sering kali diwarnai oleh berbagai bentuk sapaan, kritik, hingga celaan. Islam, sebagai agama yang mengajarkan akhlak mulia, memberikan tuntunan yang indah tentang bagaimana seorang Muslim seharusnya bersikap dalam menghadapi setiap bentuk interaksi, baik yang positif maupun negatif. Salah satu ajaran tersebut terdapat dalam QS. An-Nisa [4]: 86:
"Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah penghormatan itu dengan yang serupa. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu."
Ayat ini menegaskan pentingnya membalas salam atau kebaikan dengan balasan yang sama atau lebih baik. Balasan yang baik tidak hanya berbentuk ucapan yang santun, tetapi juga dapat tercermin dalam ekspresi wajah yang ramah, akhlak yang mulia, dan adab yang sopan.
Mengapa Harus Membalas dengan Lebih Baik?
Membalas kebaikan dengan yang lebih baik bukan hanya menggugurkan kewajiban sosial, tetapi juga merupakan peluang untuk meraih pahala yang lebih besar. Jika membalas dengan setara sudah cukup untuk memenuhi kewajiban, maka membalas dengan yang lebih baik akan mendatangkan ganjaran dari Allah. Misalnya, jika seseorang mengucapkan salam kepada kita, membalas dengan ucapan yang lebih baik dan wajah yang ramah menunjukkan adab yang tinggi dalam Islam.
Konsep ini juga dikenal dengan istilah "Lafdzon wa Basyasyah"—membalas bukan hanya dengan ucapan, tetapi juga dengan ekspresi yang penuh keramahan dan senyuman. Sebuah balasan yang disertai wajah yang ceria lebih menyentuh hati dan mempererat ukhuwah Islamiyah.
Teladan dari Imam Hasan bin Ali
Kisah inspiratif datang dari Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah SAW. Suatu ketika, seorang pria datang mengabarkan bahwa Imam Hasan telah menjadi bahan gunjingan di pasar. Alih-alih marah atau membalas dengan kata-kata kasar, Imam Hasan malah mencari cara untuk membalas dengan kebaikan.
Karena di rumahnya hanya tersisa satu ember kurma, beliau membawa kurma tersebut ke rumah orang yang menggunjingnya. Ketika si penggunjing membuka pintu, ia terkejut dan ketakutan, mengira Imam Hasan akan membalas perbuatannya. Namun, Imam Hasan justru memberikan hadiah tersebut dengan penuh keikhlasan.
Saat ditanya mengapa beliau melakukan itu, jawabannya mencerminkan pemahaman mendalam terhadap ajaran Al-Qur’an:
"Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa orang yang menggunjing memindahkan dosanya kepada orang yang digunjing. Maka, aku memberimu hadiah sebagai bentuk balasan yang lebih baik."