Mohon tunggu...
Naurah Syifa Ramadhani
Naurah Syifa Ramadhani Mohon Tunggu... santri diniyyah puteri

membaca,menulis,menghafal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Kirab Malam Satu Suro

16 Oktober 2025   09:41 Diperbarui: 16 Oktober 2025   09:41 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

                                                                                                 Oleh : Naurah Syifa Ramadhani

                                                                                                 Santri MAS KMI Diniyyah Puteri  

Malam Satu Suro merupakan malam pertama yang menandai masuknya bulan baru atau bulan Suro dalam penanggalan di Jawa, sebuah momen yang sangat sakral, penting dalam tradisi dan kebudayaan masyarakat Jawa di sana. Bulan Suro sendiri memiliki arti istimewa karena dianggap sebagai makna spiritual dan penuh mistis. mirip dengan bulan Muharram dalam kalender Islam yang juga menjadi bulan penuh perenungan. Pada malam ini, masyarakat Jawa mempercayai adanya suasana "wingit" atau keramat, yang berarti bisa kita tau alam manusia dan alam gaib terasa lebih dekat, sehingga diantara kedua alam tersebut dianggap lebih tipis dari biasanya. Keyakinan tersebut membuat banyak orang memilih untuk berhati-hati dalam berperilaku, menghindari perayaan yang berlebihan, serta tidak melakukan kegiatan yang berisiko atau menantang bahaya. Sebaliknya, malam Satu Suro lebih sering diisi dengan aktivitas yang menenangkan hati, seperti  berdoa, tirakat, atau melakukan ritual khusus sebagai bentuk introspeksi diri dan penghormatan kepada kekuatan Ilahi serta leluhur. (Universitas Dinamika Stikom).

Sejarah awal kirab malam Satu Suro berawal pada masa pemerintahan Raja Pakubuwono X (1893--1939). Pada masa tersebut, beliau memiliki kebiasaan berkeliling tembok Baluwarti atau benteng keraton setiap hari Selasa dan Jumat Kliwon, berdasarkan penanggalan Jawa. Kegiatan ini bermula hanya berupa kebiasaan laku pribadi sang raja sebagai bentuk ritual, pengendalian diri, dan wujud doa untuk keselamatan rakyat dan kerajaannya. Namun, kebiasaan tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah tradisi yang teratur hingga sekarang diwariskan sebagai bentuk kirab malam Satu Suro.

Kirab ini bukan sekadar arak-arakan, melainkan memiliki makna mendalam sebagai permohonan keselamatan, tolak bala, serta sarana introspeksi diri bagi semua yang mengikutinya. Tujuan utamanya adalah supaya setiap orang mampu merubah dirinya menjadi lebih baik ketika memasuki tahun baru di Jawa, sekaligus mengingatkan kehidupan ini harus di jalani dengan keikhlasan, kerendahan hati, dan doa.

Salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dari kirab ini adalah kehadiran kebo bule atau kerbau berkulit putih yang di kenal dengan sebutan Kyai Slamet. Kehadirannya diyakini membawa  keberkahan dan keselamatan, sehingga menjadi pusat perhatian dalam setiap prosesi kegiatan. Secara sejarah, kebo bule yang di miliki Kyai Slamet adalah bentuk hadiah dari Kyai Hasan Besari, seorang ulama karismatik dari Pesantren Tegalsari, Ponorogo. Yang lalu diberikan kepada Pakubuwono II. Sejak saat itu, keberadaan  kebo bule dianggap istimewa dan sangat di sakralkan, bahkan di turunkan secara turun-temurun sampai sekarang.

.

Kebo bule di yakini sebagai hewan keramat dan penuh mistis. Tetapi  Kebo bule dapat di percaya  membawa keberkahan, keselamatan, dan kebaikan bagi siapa saja yang bisa menyentuhnya. Karena kepercayaan inilah mereka selalu ditunggu-tunggu  oleh masyarakat, saat acara kirab 1 suro di sana. Suasana kota sangat meriah dan nyaman. Sejak pukul 23.00 WIB,  jalanan beserta halte-halte yang berada di sepanjang rute kirab tersebut sudah banyak di kerumunin oleh warga yang ingin menonton beramai secara langsung. Arak-arakan kirab ini berlangsung  dari arah  Keraton Kasunanan Surakarta dengan membawa kebo bule, para pawang, dan pengiringnya. Barisan-barisan ini sepanjang perjalan melintasi beberapa lokasi penting termasuk kawasan kota di kunjungi, sehingga membentuk suasana yang sangat sakral sekaligus meriah. Setelah menempuh rute perjalanan yang telah di lewati oleh barisan ini. Akhirnya tradisi kirab tersebut kembali lagi dari titik awal di mulainya, yaitu Keraton. 

Setelah dalam melaksanakan prosesi kirab malam satu Suro di Keraton Solo, masyarakat sangat bahagia dan tampak lebih semangat dalam melakukan aktivitas yang lainnya. Dan pengaruh positif yang bagus kita dapatkan dari tradisi ini adalah yang pertama penguatan dan spiritual batin yang tinggi. Karena, banyak orang yang yakin bahwa mengikuti kirab ini dapat membawa ketenangan jiwa, keberkahan, dan keselamatan bagi orang itu sendiri. momentum ini dimaknai sebagai untuk introspeksi diri, berdoa, dan mendekatkan diri pada tuhan. Kedua mempererat kebersamaan di antara warga tersebut. Ketiga sebagai pelestarian budaya dan tradisi. Keempat muculnya rasa kebanggaan serta identitas daerah masing-masing. Dan terakhir dampak sosial ekonomi yang baik dan aman karena, mereka percaya bahwa mengikuti tradisi ini membawa pengaruh yang baik. serta dalam perekonomian membantu menggerakkan perekonomian lokal, dari pedagang kaki lima hingga sektor pariwisata nasional. (Koran sulindo, 2025)

Dengan demikian penjelasan terkait dengan kejadian Malam Satu Suro dan tradisi kirab. Maknanya adalah kita sebagai orang luar pulau jawa juga harus menghargai dan bisa menghormati adat-adat mereka. Karena, setiap daerah mempunyai karakteristik dan ciri khas yang berbeda. Karena perbedaan itulah kita tahu bahwa tradisi ini mempunyai kebaikan tersendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun