Artikel Bapak Drs. Study Rizal LK, MA., berjudul "Kerusuhan sebagai Bahasa yang Putus : Membaca Tragedi, Arogansi Elite, dan Solusi Komunikasi Kritis", menyuguhkan refleksi mendalam tentang relasi antara rakyat dan negara yang retak. Judulnya kuat secara simbolik dan filosofis, menggambarkan kerusuhan bukan sekadar kekacauan, melainkan sebagai ekspresi terakhir dari komunikasi yang gagal. Gaya bahasa yang digunakan sangat puitis dan kritis, dengan metafora-metafora tajam seperti "joged di atas luka rakyat" dan "bahasa terakhir" yang memperkuat emosi dan makna.
Topik yang dibahas sangat relevan dengan kondisi sosial-politik saat ini, terutama dalam menyoroti bagaimana demonstrasi bisa berubah menjadi kerusuhan ketika saluran aspirasi formal tidak lagi dipercaya. Tragedi Affan Kurniawan menjadi titik sentral yang menyentuh, memperlihatkan bahwa korban utama dari konflik sosial adalah rakyat kecil yang tidak terlibat langsung dalam politik kekuasaan. Saran yang ditawarkan cukup idealis dan menyentuh aspek penting seperti komunikasi elite, ruang aspirasi, pendekatan humanis aparat, dan kesadaran masyarakat sipil.Â
Namun, artikel ini bisa diperkuat dengan menyertakan data atau kutipan resmi untuk mendukung argumen, serta menghindari diksi yang terlalu emosional agar tidak menimbulkan bias atau resistensi dari pihak yang dikritik. Secara keseluruhan, artikel ini berhasil menggugah kesadaran publik dan mengajak pembaca untuk merenung, apakah kita akan terus membiarkan komunikasi politik terputus, atau mulai membangun dialog yang lebih sehat dan bermartabat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI