Perkembangan  situasi  dan  kondisi  yang  ada sampai   saat   ini,   memaksa   manusia  untuk   lebih membatasi  sosialisasi  dengan manusia  lain,  termasuk dalam  proses  pembelajaran,  dalam  hal  ini  termasuk  di dalamnya  kegiatan  di  SDN 183 Sayuran Kota Bandung.  Adanya  pandemik  Covid-19  menjadi  terkuranginya kebebasan  dalam  bersosialisasi,  hal  ini  tentunya  sangat mengganggu   keberlangsungan   kegiatan   masyarakat yang  pada  akhirnya  dari  pihak  berwenang  sendiri memberikan  izin bersosialisasi  dengan  syarat  tertentu, antara  lain  adalah  3  M,  di mana  masuk  dalam  kebijakan ini kegiatan  pembelajaran tatap muka. Melalui kegiatan pengabdian yang  dilaksanakan  semi luring,  diharapkan  nantinya  membawa  dampak positif  kepada  peserta didik  dalam  menerapkan  Protokol kesehatan sebagai  standar  pencegahan  covid-19 sebagaimana ditetapkan oleh pemerintah. Melalui proses perencanaan,   pengorganisasian,   pelaksanaan,   dan evaluasi  atas  pendampingan  yang  telah  dilakukan, diperoleh  hasil  baik,  hal  ini  dibuktikan  adanya  pembiasaan kegiatan pra dan pasca pembelajaran, para murid telah memahami arti penting protokol kesehatan dan mempraktikkannya  dengan  di  pandu  oleh  tim.   Dari hasil  pembiasaan   yang  telah  dilakukan,  sangat berharap  adanya  kelanjutan  program  tersebut  oleh  SDN 183 Sayuran Kota Bandung itu sendiri dengan terus melaksanakan program tersebut, dan bahkan dikembangkan menjadi lebih baik.
Kesiapan lembaga SD dalam menyiapkan pembelajaran tatap muka memang sangat diperlukan untuk memberikan kenyamanan kepada peserta didik untuk dapat terhindar dari tertular dari virus covid-19. Mengukur kesiapan lembaga SD dalam menyiapkan proses pembelajaran tatap muka sangat perlu dilakukan sehingga bisa mengukur kesiapan yang dilakukan oleh lembaga SD dalam menyiapkan fasilitas yang sesuai dengan petunjuk dari pemerintah. Kesiapan guru dalam pembelajaran daring di lembaga pendidikan anak usia ini dapat diukur melalui indikator–indikator yang meliputi ranah sosial emosional, kognitif, pedagogi, kemampuan penggunaan teknologi serta kemampuan berkomunikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik subjek yang lingkungan subjek.
Fasilitas yang memadai dan mudah dijangkau untuk mencuci tangan harus disiapkan oleh lembaga PAUD sebagaimana terlihat pada gambar 5 di atas yang dibuat dengan menyesuaikan tinggi dari peserta didik. Ajari anak cara cuci tangan yang benar sesuai yang dianjurkan oleh WHO. Kebersihan lingkungan sekolah, ruang kelas dan peralatan yang digunakan juga harus rutin dilakukan. Penyemprotan disinfektan pada permukaan yang sering dipegang, seperti gagang pintu, gagang keran, mainan dan sebagainya. Untuk kebiasaan mencuci tangan peserta didik sudah baik, karena sebelum pandemic covid-19 kami sudah biasakan peserta didik untuk mencuci tangan sebelum dan setelah makan, setelah bermain, dan setelah dari toilet.Â
Pelaksanaan  pembelajaran  tatap muka  mendapat  respon  beragam  dari para  orang  tua  siswa.  Ada  yang  setuju dan  ada  yang  tidak.  Apalagi  banyak diberitakan di media tentang munculnya  klaster  pendidikan.  Selain itu,  semakin  bertambahnya  kasus  yang terkonfirmasi positif terpapar Covid-19semakin membuat masyarakat berpikir kembali   untuk   mengijinkan   putra-putrinya  melaksanakan  pembelajaran tatap muka di sekolah.
Dari  dua  arah  pertimbangan  di atas,  rencana  pelaksanaan  pembelajaran tatap muka di tengah pandemi ini dilematis.   Di   satu   sisi   orang   tua berharap anaknya bisa berangkat sekolah  karena  ada  banyak  masalah atau   kendala   dalam   pembelajaran online, guru juga ingin mengajar peserta didiknya  secara  langsung  agar  bisa maksimal,  dan  anak-anak  sudah  mulai jenuh  belajar  dari  rumah.  Namun,  di satu sisi Covid-19ini masih menghantui para  orang  tua  karena  khawatir  akan kesehatan anak-anaknya.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah hal wajib yang harus dilakukan di lingkungan sekolah untuk mencegah penularan virus. Perilaku hidup bersih dan sehat menjadi rutinitas bahkan keharusan. Bagaimana tidak, ancaman penyebaran Covid-19 yang sangat mudah meluas. Virus ini mampu bertahan hidup di berbagai jenis benda dalam beberapa jam, bahkan ada yang sampai beberapa hari.Â
Pendidik dalam menerapkan pembelajaran tatap muka harus memperhatikan jarak antar peserta didik . Selain itu, fasilitas harus mengikuti pedoman standar untuk mencegah penyebaran virus, seperti pengaturan tempat duduk dengan jarak yang dianjurkan, fasilitas cuci tangan dan menjaga kebersihan semua peralatan yang digunakan anak. Melakukan social/physical distancing di taman kanak-kanak. Hal yang dapat dilakukan yakni membatasi jumlah anak maksimal 10 anak per rombel dalam satu kelas. Mengatur ruang kelas, mengatur jarak minimal enam kaki di setiap pusat kegiatan anak, meja, dan kursi anak. Kembangkan kegiatan dengan model dan menerapkan praktik kebersihan dan social/physical distancing yang baik. Gunakan bahan-bahan ruang kelas untuk membantu anak-anak memvisualisasikan jarak enam kaki antara orang yang diperlukan. Ingatkan anak-anak untuk tidak berbagi makanan, minuman, peralatan main kepada temannya. Pengaturan social distancing orang tua anak saat jam antar dan jemput sekolah.
Persiapan Sekolah Dasar dalam pembelajaran tatap muka pasca covid-19 dengan penerapan protokol kesehatan yang telah di tetapkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pembiasaan yang dilakukan pada Sekolah Dasar diantaranya adalah peserta didik dan guru wajib menggunakan masker, mengecek suhu tubuh, waktu kegiatan belajar mengajar, jarak antar peserta didik di dalam kelas, dan kegiatan di luar kegiatan belajar mengajar dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Pengunaan masker baik masker kain maupun masker bedah, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat serta pelibatan orangtua dalam menskrining peserta didik sangat diharapkan sehingga dapat mencegah peserta didik dari penularan virus covid-19 di lingkungan sekolah.
Oleh:Naufal Muhamad Zahir
Prodi Pendidikan Kewarganegaraan
Kelompok 17 KKN Literasi UPI
DPL: Abdul Azis, M.Pd.