Mohon tunggu...
Naufal Fikri Mutamam
Naufal Fikri Mutamam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Hobi saya yakni terkait bidang seni dan bercocok tanam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Banjir Sungai Metro, Malang

12 November 2022   13:09 Diperbarui: 12 November 2022   13:35 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hujan terkadang menjadi berkah bagi semua orang, namun apabila intensitasnya yang terlalu tinggi tak jarang menimbulkan kerusakan atau bencana bagi umat manusia. Namun dengan demikian apakah kita akan menyalahkan hujan saja atas bencana yang terjadi ?, tentu tidak, sebab pada kenyataannya ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya banjir tersebut, bisa karena manusia serta memang karena kondisi alamnya.

Seperti daerah aliran sungai yang ada di Desa Bandulan salah satunya. Sungai ini dikenal dengan "Kali Metro" yang berarti Sungai Metro, terletak di Desa Bandulan, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Sungai ini merupakan anak dari aliran Sungai Brantas yang melalui Kota Malang dan berakhir di kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Kenampakan dari sungai ini memiliki lebar sungai yang terbilang cukup luas dengan aliran yang cukup deras, terlebih ketika musim hujan tiba, sebab debit air akan naik akibat dari air dari aliran sungai yang ada di hulu serta aliran sungai lain yang menyatu.

Dilihat dari paparan yang ada pada website resmi Kota Malang, kondisi alamnya masih termasuk dataran tinggi yakni berada di ketinggian 440-667 meter diatas permukaan laut serta dikelilingi beberapa gunung yakni Gunung Arjuno, Semeru, Kawi dan Kelud, hal ini menyebabkan intensitas hujan di Kota Malang cukup tinggi yakni rentan waktu mulai bulan Februari, November hingga Desember, sehingga tak jarang Kota Malang sering terjadi banjir di beberapa titik terlebih bantaran sungai.

Kemudian intensitas hujannya sendiri yang cukup tinggi telah dipaparkan oleh pihak BMKG melalui website resminya. Seperti yang dipaparkan dalam website tersebut yakni Kota Malang sendiri diperkirakan memasuki musim penghujan yakni pada Oktober dengan jumlah Zona Musim sebanyak 42 zona serta intensitas sebesar 56,8%, perincian daerahnya yakni Blimbing, Kedungkandang, Klojen, Lowokwaru dan Sukun.

Dari beberapa hal tersebut dapat menjadi faktor mengapa di Kota Malang sering terjadi banjir ketika musim hujan tiba. Tak hanya karena kondisi alamnya yang demikian, namun banjir ini juga disebabkan oleh ulah manusia sendiri.

Menurut hasil observasi dan wawancara dengan warga sekitar bantaran Sungai Metro dijelaskan bahwa daerah tersebut sering terjadi banjir dikala musim hujan tiba, waktu kejadiannya yakni kurang lebih 2 minggu sebelum Hari Raya Idul Fitri, namun akhir-akhir ini juga terjadi banjir dengan intensitas yang tidak terlalu tinggi. Menurutnya banjir ini merupakan akibat dari aliran kiriman dari daerah hulu lebih tepatnya aliran dari Kota Batu yang debit airnya sangat tinggi, kemudian adanya aliran sungai lain yang bermuara atau mengalir ke Sungai Metro tersebut sehinga debit air semakin bertambah, disisi lain ia juga menambahkan bahwa kondisi sungai yang memang berada diantara ketinggian yang banyak rumah warga sehingga ketika hujan tiba air hujan langsung mengalir ke sungai tanpa meresap kedalam tanah terlebih dahulu. 

Lalu dilihat dari sisi pemukiman yang padat juga ia rasa menjadi penyebab kurangnya resapan air yang ada. Tak hanya itu ia juga menyatakan bahwa banyak warga sekitar sungai yang masih acuh tak acuh terhadap lingkungannya dengan membuang sampah ke sungai serta kurangnya perencanaan pembangunan yang bertaraf peduli lingkungan.

Apabila dikaitkan dengan hasil wawancara tersebut jika dilihat dari kondisi Sungai Metro ini, daerah sekitar alirannya terdapat banyak pemukiman warga. Kehidupan warganya yang kurang peduli terhadap lingkungan menjadi faktor terjadinya banjir ini. Kesadaran akan membuang sampah rupanya masih kurang dihayati oleh warga sekitar bantaran sungai ini, mereka dengan leluasa membuang sampah ke aliran sungai, sehingga dapat menyebabkan tersumbatnya aliran air baik didaerah hulu maupun hilir. Tak jarang ketika banjir datang terbawa pula sampah-sampah warga.

Kemudian pola pemukiman yang memanjang sungai tanpa adanya daerah resapan alam berupa lahan membuat air ketika hujan mengalir begitu saja ke sungai tanpa meresap terlebih dahulu ketanah, kemudian daerah sungai yang cukup terjal sehingga air yang mengalir dari daerah atas sangat banyak, hal ini menyebabkan intensitas jumlah air pada sungai meningkat dan akhirnya meluap hinga ke rumah warga sekitar bantaran sungai.

Adanya alih guna lahan ini juga menyebabkan tumbuhan-tumbuhan disekitar sungai yang seharusnya menahan dan menopang tanah disekitarnya ditebang, akhirnya merembet terjadinya bencana alam lainnya yakni longsor yang bersamaan dengan datangnya banjir. Kondisi tanah yang strukturnya lemah kemudian kuranya akar tanaman sebagai penguat tanah menyebabkan hal tersebut terjadi dengan mudahnya.

Lalu terdapat beberapa yang telah dilakukan oleh warga sekitar untuk mencegah serta meminimalisir kerusakan bila banjir akan datang seperti sosialisasi kelingkungan, pembesaran gorong-gorong dan pembaharuan tembok penyangga lereng tanah agar tidak terjadi longsor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun