Mohon tunggu...
Nathaniel Mangunsong
Nathaniel Mangunsong Mohon Tunggu... karyawan swasta -

A lawyer, a son, a brother, a husband, a father and a servant

Selanjutnya

Tutup

Politik

Suku Batak dan Kabinet Kerja

28 Oktober 2014   15:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:28 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Rasanya menarik baik memperhatikan orang "Batak" yang belum diberi kesempatan masuk kabinet ataupun melihat reaksi orang "Batak" terhadap hal tersebut di jaringan sosial. Terlepas pemilihan Menteri adalah hak preogratif Presiden, menurut saya ada beberapa faktor yang mungkin berperan:
1. Banyak orang Batak yang profesional baik di swasta ataupun birokrasi tapi sayangnya belum cukup kuat rekam jejak atau jaringannya. Belum banyak yang mencapai posisi puncak dan dikenal reputasinya oleh masyarakat, bahkan yang di birokrasi pun kadang ada yang korupsi. Ahok dan Jonan adalah etnis Tionghoa, tapi mereka lebih dikenal dari kerja dan kejujurannya daripada etnisitasnya. Tidak ada alasan untuk meragukan mereka.
2. Banyak juga orang Batak sebagai politisi. Tapi sayangnya lebih banyak yang menjadi "provokator" dan sibuk mencari kekuasaan untuk diri atau kelompok sendiri. Hampir jarang yang visioner dan cakap, punya visi untuk Indonesia kedepan, seorang seperti TB Simatupang. Pak Luhut Panjaitan adalah salah satunya, tapi beliau sudah cukup senior dan sayangnya tidak banyak orang muda Batak sekaliber beliau.
3. Tapanuli dan sekitarnya (termasuk Tanah Karo, Mandailing, dll) sudah lama bukan menjadi daerah yang strategis di Indonesia, seperti Makasar, Papua dan Bali. Sudah lama tidak ada pembangunan yang berarti, bahkan kosong dan ditinggalkan. Elit politik lokal banyak memikirkan diri sendiri sehingga membentuk Propinsi sendiripun belum tentu membawa kemajuan.
4. Disisi lain orang Batak di perantauan banyak mengelompok sendiri dan inward looking. Membentuk enklave sendiri dan seringkali kurang berdampak ke sekitar. Seringkali hanya berjejaring ke kelompok sendiri saja sehingga kurang dikenal orang lain. Itupun seringkali konflik di kelompoknya sendiri. Sebagian kecil lebih membanggakan sebagai bangso batak dan bukan bangsa Indonesia. Semoga visi baru HKBP "Menjadi Berkat Bagi Dunia" dapat juga berperan untuk ikut mengubah ini.
5. Terakhir, seringkali filosofi Batak "Hamoraon, Hasangapon, Hagabeon" diterjemahkan oleh orang Batak sebagai kekayaan dan kekuasaan saja. Padahal di masa sekarang yang diperlukan adalah orang yang melayani dan berdampak, bukan lagi orang yang kaya dan berkuasa. Seorang pelayan rakyat bukan raja, melayani dan bukan dilayani.
Mudah2an generasi muda suku Batak dapat menyadari ini dan berubah seiring dengan perkembangan jaman. Mari kita bekerja keras dan memberikan dampak, untuk kebaikan seluruh Bangsa Indonesia dan dunia, dimanapun kita ditempatkan. Selamat bekerja Kabinet Kerja! Doa kami untuk Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun