Sistem drainase merupakan salah satu komponen penting dalam konstruksi jalan yang berfungsi untuk mengalirkan air permukaan agar tidak meresap ke dalam lapisan perkerasan. Perannya sangat penting dalam menjaga umur layan serta stabilitas struktur jalan, terutama di wilayah beriklim tropis seperti Indonesia. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG, 2025), rata-rata curah hujan tahunan di Indonesia berkisar antara 2.000 hingga 3.000 mm, dengan intensitas tertinggi terjadi di wilayah barat dan tengah, seperti Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Kalimantan Tengah. Dengan curah hujan setinggi ini, setiap ruas jalan membutuhkan sistem drainase yang mampu menyalurkan air dengan cepat agar tidak terjadi genangan ataupun penyerapan berlebihan. Drainase yang tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan air mengendap di permukaan jalan dan meresap hingga ke lapisan tanah dasar, sehingga daya dukung struktur jalan berkurang. Kondisi tersebut memicu kerusakan seperti retak memanjang, retak buaya, lubang (potholes), dan gelombang (rutting) yang muncul lebih cepat dari umur rencananya. Selain menimbulkan masalah teknis, kegagalan drainase juga berdampak ekonomi karena meningkatkan biaya perbaikan serta menurunkan tingkat keselamatan pengguna jalan.Â
 Penyebab Teknis Kerusakan Dini Jalan Akibat Drainase yang Buruk
Kerusakan dini jalan umumnya disebabkan oleh sistem drainase yang tidak direncanakan atau dipelihara dengan baik. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal HPJI (Universitas Katolik Parahyangan, 2023), beberapa penyebab utama kegagalan drainase antara lain desain saluran yang tidak sesuai dengan debit air hujan rencana, sedimentasi akibat lumpur, penyumbatan oleh sampah, serta kemiringan bahu jalan yang tidak memadai. Studi kasus di ruas Jalan Pantura menunjukkan bahwa kerusakan aspal sering terjadi di titik-titik rendah yang drainasenya tersumbat, sehingga air menggenang dan mempercepat proses oksidasi serta pelunakan aspal.
Selain faktor teknis, lemahnya pengawasan saat konstruksi dan kurangnya pemeliharaan setelah jalan dibangun turut memperparah kondisi. Banyak proyek jalan yang belum dilengkapi sistem drainase sekunder seperti gorong-gorong dan saluran tepi, padahal komponen tersebut sangat penting untuk mengalirkan air menuju saluran utama. Akibatnya, setiap kali hujan deras turun, genangan air muncul dan mempercepat penurunan kualitas lapisan pondasi bawah (subbase). Jika kondisi ini dibiarkan, umur jalan yang seharusnya dapat mencapai 10–15 tahun bisa menurun drastis hanya menjadi separuhnya. Â
Dampak Peningkatan Curah Hujan terhadap Kinerja dan Umur Jalan
Perubahan iklim yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir berdampak pada meningkatnya intensitas hujan ekstrem di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan laporan BMKG (2024), curah hujan ekstrem harian dapat mencapai 158 mm per hari di beberapa daerah pesisir utara Jawa dan Sumatera. Kondisi tersebut menyebabkan sistem drainase eksisting yang awalnya dirancang untuk kapasitas lebih rendah tidak mampu menampung debit air aktual. Akibatnya, air menggenang di atas permukaan jalan dalam waktu lama dan mempercepat kerusakan lapisan perkerasan.
Dampak ini tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga sosial dan ekonomi. Menurut ANTARA News (2024), genangan air di jalan-jalan utama wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat mengganggu distribusi logistik, memperlambat transportasi publik, serta meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas. Beberapa ruas jalan bahkan tergenang hingga ketinggian 20–30 cm selama berjam-jam setelah hujan berhenti karena saluran drainase tersumbat atau tidak cukup besar. Fenomena ini menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas drainase dan adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan kebutuhan mendesak yang harus segera dilakukan oleh para perencana dan pengelola infrastruktur jalan.
Â
Evaluasi, Inovasi, dan Solusi Drainase Jalan yang Berkelanjutan
Evaluasi berkala dan penerapan inovasi teknologi menjadi langkah penting dalam menjaga kinerja drainase dan memperpanjang umur jalan. Evaluasi dapat dilakukan melalui survei lapangan, pengukuran kapasitas saluran, serta pemeriksaan kemiringan bahu jalan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, langkah perbaikan yang dapat dilakukan antara lain memperbesar dimensi saluran, meningkatkan kemiringan melintang jalan, serta menambahkan sistem pembuangan cepat di area rawan genangan.