Mohon tunggu...
Nathan David
Nathan David Mohon Tunggu... -

AMDG

Selanjutnya

Tutup

Home

Gawai di Tengah Keluarga : Teknologi yang Mendekatkan atau Menjauhkan?

7 Mei 2025   21:27 Diperbarui: 7 Mei 2025   21:27 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Home. Sumber ilustrasi: Unsplash

Coba bayangkan, keluargamu sedang makan malam bersama tapi tak ada satu pun suara tawa atau cerita yang terdengar, yang terdengar hanyalah notifikasi dari HP, suara scroll TikTok, atau ketikan di layar. Duduk bersebelahan pun sekarang tak ada arti lagi, karena semua anggota keluargamu sudah disibukkan hidup di dunia masing-masing. Di zaman digital seperti sekarang, gawai sangat diperlukan di kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hubungan keluarga. Tetapi dengan itu, pertanyaan baru muncul. Apakah teknologi ini membuat kita lebih dekat, atau malah makin jauh dari orang-orang terdekat?


Jika digunakan dengan benar, gawai sebenarnya bisa membantu memperkuat hubungan keluarga. Hal ini bisa kita lakukan lewat video call, dimana kita masih bisa menghubungi orang tua, atau anggota keluarga lain yang mungkin sedang di luar jangkauan kita. Bahkan, tidak sedikit keluarga yang punya grup WhatsApp untuk saling berbagi cerita, info penting, atau sekadar mengucapkan selamat pagi. Teknologi pada gawai memberi kemudahan untuk tetap terhubung, walau secara fisik berjauhan.


Tapi, pemakaian gawai di tengah keluarga pada sisi lain dapat bersifat negatif. Penggunaan gawai yang berlebihan bisa menghalang adanya komunikasi nyata. Banyak remaja dan orang tua terlalu sibuk dengan layar sampai lupa untuk berinteraksi langsung. Menurut survei dari Pew Research Center (2018), 89% remaja mengatakan bahwa mereka merasa orang tua mereka terlalu sering mengecek HP saat bersama. Ini membuktikan bahwa bukan hanya anak muda yang perlu mengurangi penggunaan gawai, tetapi semua anggota keluarga juga harus mengurangi penggunaan gawai.


 Kurangnya berinteraksi langsung dalam keluarga dapat berdampak pada kesehatan emosional. Dari sisi anak-anak, mereka mungkin merasa tidak diperhatikan. Sementara orang tua bisa kehilangan momen penting dalam pertumbuhan anak. Komunikasi yang hanya dilakukan melalui teks juga bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena tidak ada nada suara atau ekspresi wajah yang dapat membantu kita menyampaikan emosi. Hal ini bisa menciptakan jarak, secara emosional maupun secara fisik walau tinggal serumah.


Karena itu, penting bagi keluarga untuk membuat batasan waktu penggunaan gadget. Contoh dari hal yang kita bisa mulai lakukan adalah tidak menggunakan HP saat makan malam atau sebelum tidur. Kegiatan-kegiatan seperti ngobrol bareng, main permainan papan, atau nonton film bersama tanpa gangguan gawai bisa mengembalikan kedekatan yang mungkin sudah hilang. Teknologi seharusnya menjadi alat bantu, bukan pengganti kehadiran nyata antar anggota keluarga.


Dari semua itu, kita tau bahwa semua anggota keluarga tentu punya peran dalam membangun kembali kedekatan keluarga, tetapi menurut saya remaja punya peran yang paling besar dalam menciptakan hubungan keluarga yang sehat. Biasanya, hal kecil dapat dimulai dengan inisiatif remaja (atau anak yang paling dewasa/besar), seperti meletakkan HP saat makan, tanya kabar orang tua, atau ajak adik ngobrol. Mengapa? Karena terkadang adik lebih mau mendengarkan/mengikuti kakaknya daripada orangtuanya, dan menurut saya anak yang sudah remaja/dewasa harusnya sudah bisa berinisiatif dan melakukan gerakan yang pertama. 


Gawai bisa mendekatkan ataupun menjauhkan keluarga kita, dimana semuanya tergantung bagaimana kita menggunakannya. Gunakan dengan bijak, maka teknologi bisa mempererat hubungan. Gunakan gawai berlebihan, maka orang-orang yang kita sayangi terasa semakin jauh. Maka dari itu, menjadi generasi digital bukan berarti lupa cara bersosialisasi secara nyata. Justru, generasi kita bisa jadi jembatan antara teknologi dan nilai kekeluargaan yang hangat. Maka, seimbangkanlah dunia digital dan nyata, demi hubungan keluarga yang lebih erat dan harmoni.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun