Di balik kehidupan masyarakat Desa Keniten, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, terdapat sebuah situs budaya yang hingga kini tetap dijaga dan dihormati oleh warga setempat, yaitu Makam Mbah Bayi. Tempat ini bukan sekadar makam biasa, melainkan simbol kearifan lokal yang mencerminkan nilai-nilai spiritual, budaya, dan kebersamaan masyarakat Jawa, khususnya di wilayah Ponorogo.
Asal-Usul dan Kepercayaan Masyarakat
Nama "Mbah Bayi" mungkin terdengar unik. Berdasarkan cerita turun-temurun dari warga setempat, Mbah Bayi diyakini sebagai sosok spiritual atau tokoh leluhur yang memiliki keistimewaan sejak bayi. Meskipun belum ada catatan sejarah tertulis yang menjelaskan secara rinci siapa beliau sebenarnya, masyarakat tetap percaya bahwa makam ini merupakan tempat peristirahatan tokoh yang sangat dihormati karena membawa kebaikan bagi desa mereka.
Konon, Mbah Bayi dianggap memiliki kekuatan spiritual yang bisa membawa berkah, ketenangan, dan perlindungan bagi masyarakat. Oleh karena itu, banyak warga yang datang berziarah, terutama pada hari-hari tertentu seperti malam Jumat Kliwon atau saat bulan Suro, untuk mendoakan arwah beliau sekaligus memohon keselamatan dan kelancaran rezeki.
Tradisi dan Kegiatan Ziarah
Ziarah ke Makam Mbah Bayi bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga bentuk pelestarian budaya dan penghormatan kepada leluhur. Warga biasanya datang dengan membawa bunga, air, dan makanan kecil sebagai bentuk persembahan. Doa-doa dilantunkan dengan khidmat, penuh rasa syukur dan harapan.
Selain individu atau keluarga, kegiatan ziarah juga sering dilakukan secara kolektif, terutama menjelang bulan puasa atau saat sedekah bumi. Pada momen tersebut, makam menjadi pusat kegiatan masyarakat, menunjukkan kuatnya nilai gotong royong dan kekeluargaan yang masih terpelihara.
Nilai-Nilai Kearifan Lokal
Makam Mbah Bayi tidak hanya mencerminkan sisi spiritual masyarakat Keniten, tetapi juga menjadi wujud nyata dari nilai-nilai kearifan lokal, seperti:
- Keharmonisan sosial: Ziarah dilakukan bersama-sama, tanpa memandang status sosial, menunjukkan kesetaraan dan kebersamaan.
- Pelestarian budaya: Melalui tradisi ini, generasi muda dikenalkan pada sejarah dan nilai-nilai luhur leluhur mereka.
- Penghormatan terhadap leluhur: Makam menjadi simbol penting dalam menjaga hubungan spiritual antara masa lalu dan masa kini.
- Religiusitas lokal: Meskipun masyarakat sudah menjalankan ajaran agama secara formal, mereka tetap menjaga tradisi yang bersifat lokal, selama tidak bertentangan dengan nilai agama.
Peluang Pengembangan Wisata Budaya