Di tengah padatnya Jakarta, pekik sorak dari lapangan-lapangan Kolese Kanisius kembali menggema. Selama sepekan penuh, lebih dari dua ratus sekolah berkumpul dalam ajang Canisius College Cup XL 2025. Dari pagi hingga sore, musik, teriakan suporter, dan suara peluit wasit bersahut-sahutan. Namun di balik riuhnya kompetisi, ada sesuatu yang jauh lebih besar yang sedang dirayakan: proses menjadi manusia yang utuh, meski tidak sempurna.
"a beautiful thing is never perfect", el-elw m yekmelsh
Canisius College Cup XL mengangkat tema el-elw m yekmelsh, berakar dari peribahasa Mesir Kuno yang berarti "a beautiful thing is never perfect". Bukan sekadar kalimat puitis di spanduk-spanduk acara, tema ini menjadi cermin bagi ribuan remaja yang sedang mencari arah; sedang berproses menemukan arti perjuangan, kerja sama, dan kegigihan. Bahwa keindahan tidak lahir dari kesempurnaan, melainkan dari keberanian untuk terus mencoba meski sering jatuh.
Ruang Tumbuh, Bukan Sekadar Arena
Canisius College Cup bukan ajang yang baru. Kegiatan ini telah menjadi tradisi panjang yang menggabungkan kompetisi, kreativitas, dan persaudaraan. Tahun ini, ada dua puluh cabang lomba yang digelar, dari olahraga hingga seni dan debat. Setiap pertandingan menjadi ruang bagi anak muda untuk tumbuh, bukan sekedar secara fisik, tetapi juga secara batin.
Di sela riuh lapangan mini soccer, terlihat bagaimana sebuah pertandingan kecil bisa memantulkan nilai besar. Di antara peluh dan teriakan, ada pemain yang menepuk bahu lawan usai kalah, ada suporter yang diam ketika tim lawannya merayakan pertandingannya, ada tim yang menghampiri suporter lawan untuk mengucapkan terimakasihnya. Tindakan-tindakan sederhana seperti itu memperlihatkan bahwa kompetisi yang sehat bukan tentang menumbangkan, tetapi tentang menghormati.
Ketidaksempurnaan di lapangan itu justru memperlihatkan sisi terbaik manusia: kemampuan untuk belajar, memperbaiki diri, dan tetap berjalan meski tidak selalu menang.
Tema yang Menyentuh Realitas Generasi
Generasi muda hidup di tengah dunia yang serba cepat, penuh tekanan untuk tampil sempurna dari nilai akademik, penampilan, hingga media sosial. Di tengah budaya yang mengagungkan hasil, CC Cup XL menawarkan narasi tandingan bahwa proses jauh lebih berharga daripada suatu piala.
Melalui pertandingan, penampilan, dan kerja panitia di balik layar, para peserta belajar arti ketidaksempurnaan yang produktif. Panitia SMP dan SMA yang menghabiskan waktu berbulan-bulan menyiapkan acara belajar tentang manajemen, disiplin, dan kerja kolektif. Banyak hal berjalan tak sesuai rencana, tetapi acara tetap hidup karena semangat yang mereka miliki. Di situlah makna tema tahun ini terasa nyata.
El-elw m yekmelsh bukan sekadar filosofi, tetapi pengalaman yang dihidupi. Ini mengajarkan bahwa sesuatu yang indah justru lahir dari kekurangan, dari usaha memperbaiki diri setiap kali jatuh.
Dari Sekolah ke Kehidupan
Bagi Kolese Kanisius, ajang ini bukan semata perhelatan antarsekolah. Canisius College Cup adalah perwujudan dari visi pendidikan: membentuk generasi muda yang cerdas, tangguh, dan peduli. Nilai itu hadir dalam hal-hal kecil, dari cara siswa menjaga kebersihan area, menaati aturan, hingga menolong peserta lain yang kesulitan.
Canisius College Cup XL menjadi bukti bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung di ruang kelas. Ia juga terjadi di lapangan, di panggung musik, di meja debat, di setiap interaksi antar sekolah. Di sanalah remaja belajar arti tanggung jawab dan empati, dua hal yang sering hilang dari wacana pendidikan formal.
Keindahan yang Tidak Sempurna
Menjelang penutupan, suasana berubah menjadi lebih hangat. Lampu panggung menyala, musik dari band peserta bergema, dan tepuk tangan menggema di udara. Ada rasa bangga yang sulit dijelaskan. Bukan karena semua berjalan sempurna, tetapi karena semua yang terlibat telah memberi yang terbaik.
Dari seorang pemain yang jatuh di lapangan hingga panitia yang berlari memastikan sound system menyala tepat waktu, semuanya adalah bagian dari keindahan yang tidak sempurna itu. Sebuah keindahan yang hidup karena kesungguhan, bukan karena tanpa cela.
Menjadi Generasi yang Tahan Uji
Ketika konser penutupan menandai akhir acara, para peserta pulang dengan membawa lebih dari sekadar kenangan. Mereka membawa pengalaman tentang kerja sama, kegigihan, dan kerendahan hati. Nilai-nilai yang mungkin tidak tercantum dalam sertifikat juara, tetapi akan berguna seumur hidup.
Canisius College Cup XL 2025 menjadi pengingat sederhana bagi kita semua bahwa dalam hidup, tidak ada kemenangan yang abadi dan tidak ada kesalahan yang sia-sia. Seperti tema yang diusungnya, a beautiful thing is never perfect. Di situlah keindahan yang sebenarnya: ketika kita belajar menerima ketidaksempurnaan sebagai bagian dari cara kita tumbuh menjadi pribadi yang utuh dan lebih baik. AD MAIOREM DEI GLORIAM.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI