Mohon tunggu...
NASYWA PUTRI RAHMADINA
NASYWA PUTRI RAHMADINA Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesehatan Mental dan Generasi Z

27 November 2022   22:26 Diperbarui: 27 November 2022   23:16 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesehatan mental adalah sejahtera seorang individu dan menyadari potensi yang dimilikinya, mampu menanggulangi tekanan hidup normal, bekerja secara produktif, serta memberikan kontribusi bagi lingkungannya. 

Untuk itu, kesehatan mental erat kaitannya dengan aspek fisik, psikologis, dan sosial. Namun, kenyataannya menurut survei kesehatan yang mengukur angka kejadian gangguan mental pada remaja 10-17 tahun di Indonesia, menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. 

Survei ini dilakukan oleh Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS). Selain itu survei juga menunjukkan sebanyak 1 dari 20 remaja melaporkan merasa lebih depresi, cemas, kesepian, dan sulit untuk berkonsentrasi dibandingkan dengan sebelum pandemi COVID-19. Kesadaran generasi muda akan pentingnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tingkat pendidikan, informasi yang diterima terkait kesehatan mental, hingga lingkungan sosial. 

Disisi lain, gangguan mental (mental disorder) adalah suatu kelainan yang berdampak pada perubahan cara berpikir, emosi, dan perilaku. Penyebab gangguan mental sangatlah luas, dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, faktor genetik, serta lingkungan. 

Gejala paling umum yang ditemukan bagi seorang penderita gangguan mental adalah merasa sedih, cemas, dan gelisah dalam kurun waktu yang lama, mengisolasi diri, acuh terhadap orang lain, dan besarnya penghakiman terhadap diri sendiri. 

Apabila sudah parah penderita dapat berperilaku ekstrim, misalnya seorang remaja dapat dengan mudah terserang panik, melukai diri sendiri baik dengan benda tumpul maupun tajam, serta menunjukkan tendensi bunuh diri. Tidak hanya sampai situ saja. Diagnosis lain seperti PTSD (Post-traumatic Stress Disorder), autisme, bipolar, BPD (Borderline Personality Disorder), dan lainnya juga memiliki gejala yang berbeda pula.

Fakta bahwa hal ini dialami oleh remaja tentulah sangat memprihatinkan. Adanya stigma yang melekat erat di masyarakat yang berpikir bahwa mereka yang tertekan secara batin hanyalah semata diliputi ketakutan irasional dan bisa diselesaikan dengan berpikir positif saja. Pemahaman tersebut sudah menjadi kultur di masyarakat kita sehingga dianggap sebelah mata dan dapat disembuhkan seiring dengan berjalannya waktu tanpa perlu penanganan khusus. 

Fakta lain adalah gangguan mental selalu diasosiasikan dengan orang gila yang berteriak seenaknya di jalan, atau perempuan paruh baya yang berduka selama berbulan-bulan karena kepergian mendiang suaminya. Padahal, gangguan mental bisa menjadi lebih dekat daripada yang kita kira, seperti berpikir untuk mati saja daripada dihina secara fisik oleh teman-teman sebaya.

Mereka yang diberikan keadaan mental yang sehat terus menyangkal segala persoalan para remaja ini. Sebuah penolakan terselubung dan narasi tentang 'menjadi positif setiap waktu' yang banyak beredar adalah beberapa dari sekian alasan remaja tidak ingin membagi lukanya. 

Terkadang timbul pula kecemasan akan opini orang lain, menjadi bahan pembicaraan di kalangan teman-temannya, atau dianggap sebagai seseorang yang cari perhatian semata. Atas dasar inilah kebanyakan remaja memilih untuk menghadapi perasaan mereka sendiri yang berkecamuk tiada henti.

Pemerintah sudah meningkatkan kemudahan untuk  akses ke berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, akan tetapi hanya sekitar 2,6% dari remaja yang memiliki masalah kesehatan mental pergi ke fasyankes atau konseling. Padahal, hampir 20% dari total penduduk Indonesia berada dalam rentang waktu 10-19 tahun sehingga peran generasi muda sangat penting bagi perkembangan Indonesia di masa mendatang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun