Mohon tunggu...
Nasywan Nur Zacharia
Nasywan Nur Zacharia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nama saya Nasywan Nur Zacharia kerap dipanggil Zach

Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Prodi Pendidikan Sosiologi Antropologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karna dan Sosiologi

24 Oktober 2021   22:15 Diperbarui: 24 Oktober 2021   22:54 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sosiologi berasal dari kata latin socius yang berati kawan atau teman, dan kata Yunani yaitu logos yang memiliki arti pengetahuan. Jadi sosiologi adalah ilmu sosial yang mempelajari masyarakat, tindakan dan seluruh aspek tentang masyarakat. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas sosiologi yang ada dalam kisah tokoh pewayangan bernama Basukarna.

Basukarnana atau kerap dipanggil Karna adalah putra Dewi Kunthi dengan Bathara Surya. Basukarna lahir akibat kesalahan Dewi Kunthi yang tidak sengaja merapal mantra pemberian Resi Durwasa sehingga menyebabkan Bathara Surya datang untuk memenuhi darma dari mantra tersebut dengan memberikan Dewi Kunthi keturunan. 

Dewi Kunthi kebingungan karena pada saat itu umurnya tergolong masih sangat muda, terlebih ia sendiri bahkan belum memiliki seorang suami. Hal tersebut membuatnya merasa takut nama ayahnya Prabu Basukunti dan Negara Mandura akan ternoda karena perbuatannya yang dianggap tidak suci itu.

Bathara Surya yang merasa kasihan akan keadaan Dewi Kunthi akhirnya membantunya untuk melahirkan tanpa menghilangkan keperawanannya. Dengan kesaktian Bathara Surya anak itu dilahirkan melalui telinga Dewi Kunthi yang kemudian diberi nama Karna. Namun, Dewi Kunthi masih merasa keberatan apabila harus mengasuh anak tersebut. Bathara Surya kemudian menyarankan untuk menghanyutkan anak itu ke sungai. Bathara Surya menjamin keselamatan anak itu, bahkan Bathara Surya Juga memberikan pusaka berupa sebuah zirah dan sepasang anting sakti kepada Karna.

Setelah Karna dihanyutkan ke sungai, lalu ia ditemukan oleh kusir Kerajaan Hastina bernama Adirata. Adirata mengasuh Karna hingga dewasa dan menjadi seorang pemuda yang gagah serta sakti mandraguna. Karna yang menyadari potensinya lalu ia berkeinginan menjadi seorang kesatria. Namun, ayahnya Adirata melarangnya karena mengingat mereka berasal dari Kasta bawah yang tidak mungkin menjadi Kesatria layaknya para bangsawan.

Karna tetap kukuh dengan pendiriannya untuk menjadi seorang kesatria demi membela tanah airnya Hastina. Pada akhirnya Karna berhasil mewujudkan cita-citanya menjadi seorang kesatria di Hastina, bahkan Karna dipercaya untuk menguasai sebuah negara kecil yang berada dekat dengan Hastina yaitu Angga. Karna tetap setia kepada tanah airnya Hastina walaupun disisi lain Karna tidak senang dengan apa yang dilakukan oleh penguasa Hastina yang merupakan sahabatnya sendiri.

Hingga masanya tiba perang besar Baratayudha, Karna tetap setia kepada pihak Kurawa. Sumpah setianya tidak dapat diganggu oleh siapapun.Bujukan dari Prabu Sri Bathara Kresna pun tidak mampu menggoyahkan kesetiaannya, bahkan tangisan ibu kandungnya Kunthi tidak dapat melunturkan jiwa kesatrianya. Disisi lain Karna mengalami konflik batin yang sangat kuat dimana ia harus membela negaranya, sedangkan yang berada di bagian musuh adalah saudara seibunya sendiri.

Pada akhirnya Karna gugur dalam pertempurannya melawan Arjuna yang tak lain adalah saudaranya sendiri. Karna gugur dengan bangga karena ia dapat membela tanah airnya dan menjadi sarana angkara murka hilang dari muka bumi. Kisah Karna gugur biasanya dibawakan dengan nuansa sedih dan sangat menyentuh hati serta menjadi lakon yang menggambarkan sifat seorang kesatria sejati dalam pengorbanannya demi tanah air.

Wayang pada dasarnya adalah cerminan kehidupan manusia dan segala perbuatannya. Dalam kisah awal kehidupan Basukarna kita dapat mempelajari banyak hal terkait kajian sosiologi.

1.Pertama yang dapat kita pelajari dari kehidupan Basukarna ini adalah tentang perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang yaitu setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat. Walaupun yang terjadi dimasyarakat tidak sepenuhnya sama dengan apa yang diceritakan diatas. Tentang kehamilan diluar ikatan pernikahan yang kerap terjadi dikehidupan masyarakat kita. Hal tersebut sangat merugikan pihak perempuan juga dapat mencoreng nama baik keluarga yang bersangkutan, selain itu dari pihak laki-laki juga akan mendapatkan label buruk dari masyarakat sekitar.

2.Kedua, tentang teori labelling. Pemberian julukan, cap, etikat, dan merk yang diberikan masyarakat kepada kelompok atau individu tertentu, dalam cerita diatas dijelaskan bahwa Dewi Kunthi merasa cemas apabila ia mendapatkan cap buruk dari masyarakat yang akan menjalar hingga keluarganya. Hal tersebut sangat mengabarkan bagaimana pemberian label dari masyarakat dapat membentuk pribadi seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun