Mohon tunggu...
Nasya Anggraeni
Nasya Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa aktif angkatan 2023 Universitas Airlangga. Penulis pemula ber MBTI ISFJ

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Lunturnya Rasa Cinta Terhadap Kebudayaan Lokal di Era Globalisasi

2 Mei 2024   22:30 Diperbarui: 2 Mei 2024   22:33 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Amirah Yasmin (kumparan.com)

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan kebudayaan bahkan terkenal ke dunia luar dan beberapa kebudayaan kita telah diakui oleh organisasi kebudayaan dunia UNESCO contohnya seperti batik. Budaya sendiri memiliki arti sebagai cara hidup seseorang yang bersifat turun-menurun atau diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) budaya diartikan sebagai pikiran, adat istiadat, atau sesuatu yang sudah berkembang. Bentuk-bentuk kebudayaan tidak hanya mengenai tata krama, pola pikir, kebiasaan, seni, norma,  tetapi juga menyinggung cara berpakaian.

Globalisasi adalah kondisi dimana adanya interaksi terhadap entitas, individu, dan negara yang berbeda di seluruh dunia. Di era yang sudah berkembang dan mengalami kemajuan teknologi nyatanya juga membawa sisi negatif khususnya untuk remaja-remaja di Indonesia. Perkembangan teknologi adalah salah satu bentuk dari globalisasi yang memudahkan kita untuk mengakses dunia luar secara cepat dan serba praktis. 

Dengan kemudahan tersebut, banyak kebudayaan asing yang bisa kita akses dan kita tiru sehingga memunculkan perspektif pada remaja bahwa kebudayaan luar lebih menarik daripada kebudayaan lokal. Sebagai contoh, saat ini sedang marak sekali fenomena Korean Wave di Indonesia baik dari segi busana, musik, kosmetik, acara televisi, bahkan makanan yang sebenarnya bisa dibilang kurang sesuai dengan kebudayaan dan adat istiadat Indonesia. Sikap fanatik terhadap kebudayaan Korea ini lambat laun mulai menggeser kecintaan remaja Indonesia terhadap budaya nya sendiri.

Saat ini banyak remaja Indonesia yang begitu terobsesi dengan hal-hal yang berbau Korea sehingga mulai mengikuti gaya fashion ala Korea, mempelajari tulisan, maupun mempelajari bahasanya yang membuat remaja Indonesia seakan kehilangan jati diri dan lupa akan kebudayaan bangsa. 

Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya lokal dengan mengenakan pakaian yang sopan dan sesuai dengan kepribadian bangsa karena adanya pengaruh Korean style yang sebenarnya bisa dibilang kurang cocok digunakan di Indonesia apalagi untuk model pakaian crop top. Saat ini juga sudah mulai jarang anak-anak muda di Indonesia yang bangga menggunakan batik untuk kegiatan sehari-hari karena mereka menganggap pakaian tersebut tidak stylish dan hanya cocok digunakan untuk kegiatan-kegiatan tertentu saja.

 Padahal jika kita berkeinginan untuk mengeksplor dan berinovasi, pakaian batik nyatanya bisa kita gunakan untuk keseharian seperti ke kantor, kuliah, bahkan untuk hangout bersama teman. Selain kurangnya antusias penggunaan batik, saat ini juga sudah mulai muncul keinginan masyarakat Indonesia untuk mendesain kebaya dengan model Korean Style yang dimana hal ini pastinya akan menghilangkan kesan Indonesia dan ciri khas dari kebaya itu sendiri.

Selain dari segi pakaian, remaja Indonesia juga sangat suka belajar dance atau tarian yang berbau Korea daripada mempelajari tarian-tarian asli Indonesia sehingga membuat eksistensinya perlahan-lahan mulai berkurang. Sanggar-sanggar tari saat ini sudah mulai kurang diminati apalagi untuk yang tinggal di perkotaan dengan alasan gengsi karena beranggapan budaya lokal adalah budaya kuno yang tidak sesuai dengan tren saat ini. Hal tersebut apabila tidak disikapi dengan baik akan berpengaruh terhadap identitas nasional yang nantinya lambat laun kebudayaan kita akan tertimbun oleh budaya-budaya luar.

Menindaklanjuti apa yang sedang marak di lingkungan remaja, kita sebagai mahasiswa yang sadar akan pentingnya identitas bangsa memiliki peran penting untuk membantu mengembalikan rasa cinta terhadap kebudayaan lokal. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengembalikan ciri khas bangsa antara lain dengan terjun langsung ke dalam sebuah pengalaman kultural, yaitu dengan terlibat aktif untuk mempelajari kebudayaan bangsa yang nantinya bisa kita kenalkan lagi melalui acara-acara kampus contohnya seperti mengadakan festival bertema Nusantara. 

Peran kita sebagai mahasiswa adalah membantu dan mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan bangga terhadap kebudayaan sendiri. Budaya bangsa harus selalu dilestarikan sebagai bentuk penghargaan kepada leluhur dan sebagai pembeda bangsa kita dengan bangsa lain. Oleh karena itu sangat diperlukan suatu kesadaran akan pentingnya mencintai kebudayaan lokal sehingga bangsa kita tetap memiliki suatu identitas yang bisa kita banggakan ke dunia luar.

Penulis : Nasya Puspita Anggraeni

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun