Mohon tunggu...
Nasuri Suray
Nasuri Suray Mohon Tunggu... Jurnalis - Guru Menggambar yang Suka Dunia Tulis Menulis

Menulis untuk berbagi pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

KPK vs Polri, Mana yang Harus Diselamatkan?

30 Januari 2015   03:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:07 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14225365781144032298

[caption id="attachment_348589" align="aligncenter" width="538" caption="KPK vs Polri, Mana yang Harus Diselamatkan?"][/caption]

Kebenaran pasti terungkap, cepat atau lambat. Polri tak salah, begitu juga dengan KPK. Yang salah adalah oknum yang memanfaatkan kedua lembaga tersebut. Sederhananya, jangan salahkan Islam ketika terjadi aksi terorisme yang kebetulan mereka beragama Islam. Jadi, jangan salahkan Polri ketika ada orang yang kebetulan anggota Polri lalu melakukan tindak kejahatan. Begitu juga dengan KPK.

KPK hanyalah kumpulan manusia yang tak lepas dari salah dan dosa. Bisa saja para petinggi KPK berbuat salah, itu sangat mungkin terjadi karena faktor fitrah manusianya. Silahkan saja tangkap dan adili jika memang benar bersalah. Kita berada di negara hukum. Tak ada warga negara yang kebal hukum, sekalipun ia seorang Presiden.

Tapi ironisnya, di negara kita, hukum bisa dibeli. Siapa yang punya uang banyak, merekalah yang menang di pengadilan. Hukuman maling motor itu lebih berat dari para koruptor. Maling motor itu hukumannya mati dikeroyok massa tapi para koruptor terkadang dapat potongan masa tahanan.

KPK tak boleh mati. Karena untuk saat ini, hanya KPK yang terlihat serius memerangi korupsi. Bukankah dibentuknya KPK karena Polisi dan Jaksa dianggap tak serius basmi korupsi? Tapi, jika benar para petinggi KPK melakukan tindak kejahatan, yah harus dihukum. Sebagaimana petinggi Polri yang melakukan kejahatan.

Sah-sah saja jika banyak pendapat yang mengatakan ini adalah upaya pelemahan KPK. Atau bahkan ada yang menjulukinya Cicak vs Buaya jilid 3 karena aroma balas dendam sangat tampak sekali antara dua lembaga yang terhormat itu.

Sepertinya, nenek moyang kita sudah tahu betul karakter bangsa ini hingga membuat pepatah yang tak asing di telinga kita :
"Sepandai-pandainya tupai melompat pastilah jatuh juga"
"Serapat-rapatnya menutup bangkai, baunya pasti tercium juga"

Tetap semangat kawan, sekalipun negeri ini sedang sakit. Setiap orang ada masanya. Dan setiap masa ada orangnya. Tetaplah bertakwa dan menebar kebaikan. Sekalipun disekelilingmu penuh lumpur hitam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun