Tim back office di sebuah lembaga memang jarang kelapangan, tetapi harus tahu lapangan. Bagaimana caranya? Inilah seni mengolah data menjadi informasi.
Di era sekarang, data adalah jejak. Dahulu, seorang prajurit paham alur pergerakan pasukan musuh dari bekas  jejaknya. Dari rumput dan ranting yang patah. Dari sisa makanan dan minuman. Atau jejak kakinya.
Rasulullah saw sangat paham akan hal ini. Saat Hijrah, beliau menyiapkan tim penghapus jejak. Dibelakang Rasulullah saw ada tim yang menghapus jejak Rasulullah saw dan Abu Bakar. Caranya, ada pengembala yang membawa segerombolan kambing untuk menghapus jejak Rasulullah saw. Mengacaukan jejak.
Saat perang Badar, Rasulullah saw tahu kekuatan musuh dari jumlah kambing yang dipotong setiap hari oleh Musyrikin Mekah. Satu kambing bisa untuk makan berapa orang? Mengkaitan kambing dengan jumlah pasukan. Kita harus bisa menghubungkan sebuah data, yang tak berhubungan langsung, dengan kondisi lapangan.
Bagaimana memahami tingkat ketelitian tim toko dalam mengelola stock? Bisa dari jumlah stock di bagi jumlah rak atau luas toko, ditemukan berapa jumlah stock per rak dan per meter persegi. Semakin besar, semakin ruwet mengelola stock.
Bisa juga total transaki retur, mutasi keluar-masuk dan receving dari gudang dibagi jumlah personil Toko, semakin besar semakin banyak handling stock yang harus dilakukan.
Bagaimana mengukur beragam potensi kecurangan atau fraud? Kita bisa merekamnya melalui jejak data yang tercatat dalam aplikasi sistem kita. Inilah manfaat pemahaman bahwa data adalah jejak-jejak yang pernah dilakukan oleh seseorang. Inilah manfaat memahami arah prilaku seseorang dari jejak data.
Di akhirat nanti, saat manusia dimintai pertanggungjawaban. Allah pun akan menyajikan data-data apa yang telah kita perbuat. Membaca data, membaca kondisi lapangan. Membaca data, membaca arah prilaku dan kecendrungan seseorang.
Channel Youtube Dengerin HatiÂ
Nasrulloh BaksolaharÂ