Mohon tunggu...
M. Nasir Pariusamahu
M. Nasir Pariusamahu Mohon Tunggu... Penulis - -

Saya Manusia Pembelajar. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Debat Publik Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku 2018-2023

7 Mei 2018   20:20 Diperbarui: 7 Mei 2018   21:05 1389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: demokrat.id)

Debat publik yang diselenggarakan oleh KPU Maluku tadi, kemudian disiarkan oleh TVRI Maluku, bertempat di Baileo Siwalima Ambon, dimulai pukul 19.00-21.00 WIT. Debat ini diikuti oleh ketiga pasangan yaitu:
1. SANTUN (Said Assegaf dan Anderias Rentanubun
2. BAILEO ( Murad Ismail dan Barnabas Orno)
3. HEBAT (Herman Koedoebun dan Abdullah Vanath.
Terselenggaranya debat ini menjadi alat uji kelayakan tentang siapa pemimpin masa depan Maluku pada periode lima tahun ke depan. Adanya debat ini membuat rakyat lebih rasional dalam menentukan sikap politiknya. Artinya, pilkada bulan Juni nanti, rakyat tidak asal pilih kucing dalam karung, atau tidak terjebak dalam money politik. Rakyat dibuat pilih sesuai dengan konteks yang ada, sehingga pesan demokrasi dari, bagi dan untuk rakyat bisa terlaksana dengan baik. Sehingga, proses pilkada yang jujur, bersih bisa menjadi nuansa baru dalam memajukan Maluku yang berdaya saing sesuai nilai-nilai Siwalima.

Tahapan debat dibagi dalam beberapa sesi. Sesi pertama adalah penyampaian visi misi tiap-tiap kandidat. Kedua, tahapan menjawab pertanyaan oleh tiap kandidat. Ketiga, masing-masing kandidat saling menyanggah pertanyaan dan peryataan soal ketajaman visi misi. Keempat yaitu closing statment dari setiap kandidat.

Atas semua itu, saya berikan beberapa pandangan terhadap terselenggaranya debat kandidat tersebut:

Pertama, masing-masing kandidat belum bisa secara mandiri dan menguasai visi misi. Penguasaan narasi visi-misi masih berputar pada konseptual. Belum bisa dirincikan dalam bahasa misi aplikatif. Padahal, yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah hal-hal yang konkrit dengan bahasa yang populis.

Kedua, masing-masing kandidat masih terjebak dalam ego "pejabat-pimpinan-bawahan". Para kandidat terkesan saling menyalahkan satu sama lain. Misalnya, yang paling menarik soal tupoksi Gubernur dan Bupati dalam mengatasi kemiskinan. Mereka saling menyerang ibarat dalam pertandingan tinju. Saling mengecam dan menjatuhkan satu sama lain. Akhirnya aura debat yang bersifat ilmiah dan logis tercemar oleh gaya-gaya seperti itu.

Ketiga, isu-isu yang dibahas tadi hanya seputar pelayanan publik, kemiskinan, narkoba dan pengangguran. Ketiga isu itu yang menguat. Para kandidat sekali lagi belum berhasil memaparkan secara detail tentang ketiga hal tersebut. Malahan saling melempar tanggung jawab.

Keempat, untuk penyelenggara, sebaiknya harus ada sesi terhadap panelis untuk menguji secara langsung visi misi para kandidat. Para panelis yang yang diundang tidak didayagunakan secara baik. Panelis yang diharapkan bisa memugar daya pikir kandidat tidaklah terjadi. Sehingga, terkesan kandidat diadu secara head to head. Dilepas tanpa kontrol.

Kelima, para kandidat sekali lagi belum berhasil membahasakan bahasa operasional strategi. Meminjam, sebuah ungkapan, "sampaikanlah bahasa sesuai kaummu, " para kandidat masih pada bahasa intruksional. Padahal, yang mesti dimengerti oleh para kandidat, yang memilih adalah rakyat. Pakailah bahasa rakyat.

Keenam, lepas dari itu semua, kita mengapresiasi kegiatan itu. Dan mengajak kita semua untuk tetap mengedepankan etika berpolitik yang baik sesuai amanah undang-undang.

Ketujuh, tentu yang paling menarik, menurut saya adalah soal Narkoba. Tentu isu ini menarik karena menjadi daya tarik bagi pemilih pemula. Kita tau, jumlah pemilih pemula yang berusia 17 tahun sesuai data KPU Maluku bertambah menjadi 99.220 orang. Dan rata-rata yang terlibat dalam kasus narkoba adalah para generasi muda. Namun, para kandidat seakan mengabaikan isu ini. Isu ini terkesan menjadi hanya slogan.  

Tentu yang terjadi di panggung debat merupakan drama politik. Drama politik itu mengandung diksi ambiguitas. Sehingga, tugas tim lepas debat tadi harus lebih ekstra dalam mengkampanyekan nilai-nilai kontruktivitas demokrasi kepada masyarakat.  
Akhirnya selamat memilih di 27 Juni 2018. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun