Sedangkan menurut filsuf dan matematikawan Yunani yaitu Plato, mengakatan harus memiliki kepribadian yang bisa membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting, atau mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan mana yang tidak.
Dari ketiga sumber pendapat ini, tidak ada satupun syarat, atau ciri-ciri pemimpin yang dapat memikirkan rakyatnya bisa dilihat dari rambut atau kerutan di wajahnya. Bahkan banyak sumber-sumber lain yang tidak menyinggung persoalan tentang ciri-ciri fisik.
Dari sini statement Jokowi tentang ciri-ciri pemimpin, menggambarkan betapa keterbelakangannya bangsa kita, dengan dilontarkannya statement tersebut sedikit banyak akan membawa masyarakat awam lebih ke belakang lagi, sedangkan akan menghasilkan keuntungan besar bagi para Tirani di bagsa kita, yang akan lebih mengeksploitasi berbagai sumber daya, bagaimana kita akan menduduki cita-cita sebagai negara yang baldatun toyyibatun wa robbul ghofur, sedangkan dari pemimpinnya saja, mengajak kepada masyarakatnya agar menjadi purba.
Kesimpulannya adalah statement Joko Widodo itu tidak benar, jika dilihat dari nalar akal sehat manusia, sebaiknya kita harus lebih bijak lagi mengambil tindakan apa yang kita lakukan, dan harus memfilter semua statement dengan beberapa pendapat, karya tulis, dan lain-lain. Karena kebenaran itu tidak bersifat absolut, akan tetapi sebagai manusia, kita harus mengejar segala kebaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H