Mohon tunggu...
Narwan Eska
Narwan Eska Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemahat Rupadhatu

Berkelana di belantara sastra, berliterasi tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sawitri

9 Agustus 2019   22:25 Diperbarui: 9 Agustus 2019   22:28 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rara Mendut dan Pranacitra. (foto: indonesiakaya.com)

Sawitri duduk di teras rumah bambunya sambil mengelus-elus perutnya yang telah buncit. Sesekali bibirnya menyunggingkan senyum. Pagi itu ia tampak membayangkan sesuatu. Rumah Sawitri menghadap arah utara. Menghadap deretan pegunungan Menoreh yang panjang membiru. Dipandangnya puncak-puncak Menoreh sambil berharap suaminya yang hingga kini belum juga pulang mengikuti pentas keliling kesenian ketoprak tobong-nya.

Saat itu --Sawitri ingat betul- di desanya hadir rombongan ketoprak tobong yang menyajikan tontonan rakyat itu berlangsung hampir satu setengah bulan. Semula Sawitri tidak begitu tertarik. Namun Minul selalu merayunya agar pergi nonton. Dengan berat hati Sawitri menemani sahabat karibnya menikmati pentas ketoprak tobong, hampir setiap malam.

Sajian yang begitu berkesan bagi Sawitri adalah gelaran lakon 'Rara Mendut dan Pranacitra'. Kidung kasmaran yang ditembangkan Pranacitra begitu mengusik telinga dan hatinya. Terlebih lagi, yang memerankan Pranacitra adalah seorang lelaki tampan yang menjadi rol di tobong itu. Pranacitra begitu memikat hatinya. Ingin ia menjadi Rara Mendut dan digandrungnya. Sejak terpikat oleh sang Pranacitra, Sawitri jadi ketagihan nonton. Kini gantian Sawitri yang merengek-rengek kepada Minul untuk tidak melewatkan pentas ketoprak tobong itu, setiap malamnya.

***

Akhirnya, Sawitri berhasil pacaran dengan sang Pranacitra yang bernama Martoyo. Kedua insan itu sepakat untuk menikah. Rencana pernikahan Sawitri dengan Martoyo semula ditolak oleh keluarganya. Terutama ayah Sawitri. Mereka menganggap bahwa kehidupan tobong tidak cocok dengan kehidupan mereka. Apalagi nantinya Sawitri harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain mengikuti suaminya.

Sawitri berusaha meyakinkan ayah dan keluarganya. Ia katakan bahwa setelah pernikahan nanti, Sawitri tetap akan tinggal bersama orangtuanya. Biar suaminya yang berkeliling mengikuti rombongannya. Juga meyakinkan keluarganya, bahwa tidak semua laki-laki dalam tobong suka beristri lebih dari satu.

"Apakah kamu tahu kehidupan dalam tobong, Witri?" tanya ayahnya.

"Saya tahu, Pak. Kang Martoyo sudah banyak cerita tentang itu."

"Ah, itu kan cerita Martoyo saja. Agar kamu mau diperistri. Apa kamu tahu, jangan-jangan Martoyo itu sudah beristri, punya anak, dan mungkin istrinya tidak hanya satu!"

"Mengapa Bapak berpikiran seperti itu?"

"Iya! Karena sedikit-banyak Bapak tahu kehidupan di dalam tobong. Bapakmu ini dulu keluar dari tobong karena tidak tahan dengan kehidupan yang bertolak belakang dengan hati Bapak. Bapak tidak ingin kamu terseret dalam kesengsaraan batin, hanya karena sebagai istri seorang pemain ketoprak tobong. Sekali lagi Bapak tidak menghendaki itu, Witri!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun