Mohon tunggu...
Nararya
Nararya Mohon Tunggu... profesional -

Blog pribadi: nararya1979.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Argumen "Orang-orangan Jerami"

27 Oktober 2013   20:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:57 4322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1382879877199211723

Tadi siang saya naik kereta api dari Jakarta menuju Malang. Entah kenapa, saya senang sekali naik kereta api. Itulah sebabnya, jika jadwal perjalanan saya tidak terlalu mepet, saya selalu memilih naik kereta ketimbang pesawat. Anda yang pernah naik kereta api jurusan tersebut, pasti tahu betul bahwa hamparan sawah di kanan kiri rel selalu merupakan pemandangan yang tidak terelakkan. Yang sering menarik perhatian saya adalah "orang-orangan jerami" yang ditempatkan di sawah-sawah itu, biasanya untuk menakut-nakuti burung-burung pemakan padi. Dalam logika [hukum-hukum penalaran], fenomena di ataslah yang melahirkan sebutan metaforik untuk menyebut sebuah sesat pikir informal, yaitu straw man fallacy. Saya meng-Indonesiakannya menjadi argumen "orang-orangan sawah". Straw man fallacy adalah sebuah sesat pikir yang terjadi ketika seseorang - entah dengan atau tanpa sengaja - salah merepresentasikan posisi atau argumen lawan diskusi, lalu menyerangnya seakan-akan itulah pandangan/posisi/argumen lawan diskusi. Perhatikan diskusi imajiner di bawah ini:

James: Yesus adalah Anak Allah Bob : "Sorry, Allah tidak mungkin punya anak, emang manusia bisa beranak?, maka klaim Anda tidak benar." James: "Bingung gue, emangnya yang bilang Allah bisa punya anak kayak manusia itu siapa?"

Ilustrasi dari sesat pikir ini terlukis dalam gambar di bawah ini:

(Sumber: klik di sini)

Perhatikan ilustrasi di atas. Bob bersenang-senang karena merasa telah merobohkan lawannya, padahal lawannya masih kokoh berdiri. Lalu, yang "dijatuhkan" Bob itu siapa? Bayangan yang ia ciptakan sendiri lalu mengidentifikasikannya seakan-akan itu adalah lawan tandingnya.

Sesat pikir ini biasanya terjadi karena kita kurang cermat membaca dan memahami maksud lawan diskusi atau kita terlalu tendensius memasukkan asumsi kita sendiri ke dalam maksud lawan diskusi.

Sebenarnya sangat gampang untuk menghindari straw man fallacy. Berikut ini saya memberikan dua tips praktis, yaitu:

  1. Jangan terburu-buru membuat kesimpulan mengenai posisi lawan diskusi sebelum kita membaca dan memahami argumen-argumennya secara cermat.
  2. Bila ada hal-hal yang tidak jelas dalam tulisan seseorang atau dalam komentar lawan diskusi, kita perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan klarifikasi. Pertanyaan klarifikasi itu sangat penting untuk mendapat kejelasan dan seseorang wajib memberikan klarifikasi jika lawan diskusi memintanya.

Kembali kepada contoh percakapan imajiner antara James dan Bob di atas. Sangat jelas bahwa Bob melakukan straw man fallacy. Ia merepresentasikan posisi James seakan-akan James percaya bahwa Yesus adalah anak biologisnya Tuhan, lalu menyerang misrepresentasi ini dan bersenang-senang dengan kesimpulannya sendiri. Berikut ini saya akan modifikasi percakapan imajiner di atas sehingga tidak terjadi argumen "orang-orangan jerami", berdasarkan dua tips praktis di atas:

James: "Yesus adalah Anak Allah" Bob: "Tunggu dulu. Apakah yang Anda maksudkan dengan frasa 'Anak Allah'?" James: Terima kasih untuk pertanyaannya. Saya menggunakan frasa 'Anak Allah' dalam klaim di atas dalam kategori gelar [titular]. Dalam Perjanjian Baru, gelar ini digunakan bagi Yesus dengan pengertian yang sejajar dengan generic term 'Allah'.  Singkatnya, pengertian 'Anak Allah' yang saya gunakan dalam klaim di atas sama dengan saya mengatakan bahwa 'Yesus adalah Allah'". Bob: "O begitu. Terima kasih atas klarifikasinya. Tetapi, saya punya masalah dengan klaim bahwa 'Yesus adalah Allah'...", [dan seterusnya].

Perhatikan perbedaan antara kedua contoh percakapan imajiner di atas. Pada contoh pertama, Bob langsung menyerang klaim James seakan-akan James percaya bahwa Allah memperanakkan Yesus secara biologis. Ini adalah straw man fallacy. Namun dalam contoh kedua, setelah meminta klarifikasi dan mendapatkannya, Bob dapat melanjutkan diskusi dengan fokus pada isi klarifikasi James dan dalam konteks ini, straw man fallacy telah terhindari. Semoga bermanfaat sebagai pencerahan bagi Anda yang menulis tanggapan atau memberikan komentar dan bahkan terlibat dalam perdebatan. Salam Kompasiana:)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun