"Jogja bukan hanya sekadar kota, dia adalah sebuah kenyamanan, kedamaian, dan cinta." -Anonim
Benar adanya, kota ini memiliki banyak rasa. Raut-raut wajah yang tersaji di sekelilingnya begitu sangat menghangatkan untuk beberapa orang, termasuk diriku.
"Bersama jogja, segala kenangan tersimpan rapi. Sesederhana berjalan berdua bersamamu, melewati malioboro malam itu." -Anonim
Benar kenyataannya, bagi mereka yang telah merasakan jatuh hati kepada seseorang yang dicintai. Berjalan bersama mengelilingi kota ini cukup begitu mengesankan. Kenangan pun seakan tersimpan rapi di rak-rak pikiran.
"Bersama seduhan kopi angkringan dan suasana malam yang damai, Aku mencintaimu, Jogja." -Anonim
Benar demikian, dikala malamku datang menyambut tanpa segelimat tugas yang menyapa,ponselku seketika dipenuhi pesan ajakan untuk berkumpul bersama.
Di sela-sela trotoar jalanan, berada di dekat batas kota, menjabar alas tikar, lalu ditemani hangatnya kopi hitam dan susu cokelat menyuguhkan gelak-tawaku bersama rekan-rekan, sahabat. Semakin larut suasananya, semakin terasa pula hangat suasananya.
"Aku tidak akan pernah mau ingkar janji, seperti merapi yang setia pada kami yang memberikan keindahan pada bumi." -Anonim
Benar kejadiannya, mengapa perihal merapi selalu saja erat kaitannya dengan jogja. Karena pada waktu pagi hari di jalanan kota yang masih sepi, mata mungil orang-orang yang ingin berangkat kerja atau pun kuliah selalu disapa hangat olehnya dengan sapaan semangat pagi.
Indah merona di sudut cakrawalanya. Ingin rasanya pemandangan seperti itu selalu setia hadir di jangkauan pagi kami.
Bersyukurlah kalian yang telah dan akan menjadi bagian dari sejarah tempat ini. Jogja ini indah apa adanya, tidak menohok mewah, namun selalu hangat romantisnya. Sudutnya selalu memberi ruang pikir orang menjadi lebih berwarna dan terbuka, termasuk para pakar seniman.