Bagi generasi muda, keotentikan adalah hal penting. Mereka tak butuh sekadar ceramah panjang mereka butuh gereja yang nyata. Tapi, apakah gereja sudah cukup otentik?
Hari kedua KKR & Seminar Intern SATI 2025 kembali memanaskan diskusi. David Leong, seorang pendidik Kristen dan pelayan anak berpengalaman, bersama Yeremia Samuel sebagai penerjemah, menyoroti realitas pahit: banyak gereja kesusahan menjangkau Generasi Alpha dan Gen Z.
Alasannya? Gereja masih terjebak dalam metode lama.
Generasi Alpha & Gen Z: Kenapa Mereka Menjauh dari Gereja?
Anak muda zaman sekarang tidak mudah percaya begitu saja. Mereka tidak mau sekadar diceramahi; mereka butuh keotentikan.
Menurut Charlotte Trecartin, seorang wirausahawan dan marketing yang sangat peduli dengan hubungan terhadap Gen Z, kaum muda menolak konten yang palsu, manipulatif, atau sekadar basa-basi. Mereka lebih menghargai kejujuran, bahkan jika itu tidak nyaman.
Itulah mengapa dalam menjangkau generasi ini, gereja harus mengedepankan transparansi. Jangan sekadar mengundang mereka ke acara dengan janji makan gratis, permainan seru, atau hiburan tanpa memberi tahu bahwa ada pesan Alkitab di dalamnya. Jika pendekatan ini dipakai, mereka justru merasa dimanipulasi. Penjangkauan yang sejati bukan soal strategi tersembunyi, melainkan soal menghadirkan kasih yang nyata biarkan mereka sendiri yang mengalami dan merasakan kebenaran itu.
"Jika gereja ingin menjangkau mereka, jangan sekadar menawarkan acara seru. Biarkan mereka merasakan kasih yang nyata." --- David Leong
Gereja: Ruang Aman atau Tempat Paling Menghakimi?