Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Kebasahan

25 Oktober 2020   14:14 Diperbarui: 25 Oktober 2020   14:21 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megapolitan kompas.com

            Ia pun menemukannya dan tanpa banyak kata, memotong-motong wortel, mendidihkan mie, memasaknya lagi setelah wortel yang direbus mendidih. Selanjutnya ia memasukkan irisan bawang, cabe, dan memecah telur ke dalam rebusan mie, kemudian menuang bumbu ke dalam piring. Setelah mie dan telur mendidih, ia pun segera menuangnya ke dalam piring dan mengaduk-aduknya agar bercampur dengan bumbu.

            "Waow, benar- benar suami yang baik,"godaku tapi ia tidak tertawa apalagi tersenyum.

            "Kapan-kapan belajar masak dong, Non," katanya setelah ia menghabiskan mie tersebut. Benar-benar dihabiskannya tanpa menyisakan untukku, bahkan menawari pun tidak. Baru setelah mie telah tandas, ia menjulurkan lidah ke arahku dan bertanya,

            "Enak nggak?" aku tidak menjawab hanya membalas menjulurkan lidah ke arahnya.

            Aku pun beranjak mengambil tas dan mengeluarkan sebutir apel yang dimasukkan keponakanku ke dalam tas sebelum berangkat. Kucari pisau di rak dan setelah ketemu, aku pun berlagak ingin menghabiskan apel tersebut seorang diri. Tapi aku mendekat juga ke arahnya, kupotong-potong apel tersebut di piring kecil

            "Tutup mata dong, Mas. Nanti kusuapi tapi Kamu harus memejamkan mata dengan mulut terbuka." Ia pun menurut tapi lagi-lagi aku ingin membalas godaannya kepadaku. Maka saat aku mendekat, bukan apel yang kusuapkan  melainkan kucium sambil menggelitik pinggangnya sampai ia kegelian.

            "Ayo,pejamkan mata dan buka mulut seperti tadi. Kali ini benar-benar kusuapi deh."

 Kembali ia memejamkan mata dengan bibir dikatupkan rapat, mungkin dikira aku akan menciumnya lagi, tapi kali ini potongan apel benar-benar kupaksa kumasukkan ke mulutnya sampai ia membuka mulut dan mengunyah apel tersebut.

            Sambil duduk di karpet, kutebarkan pandanganku ke rumah mungil desainku ini. Ruang tengah yang berhadapan dengan  taman, di belakangnya ada dapur yang menyatu dengan ruang makan, bahkan ruang makan tidak terkesan terpisah tapi menyatu dengan pantry. Antara ruang tengah dan dapur dipisahkan oleh taman mungil dengan kolam ikan dan air mancur. Di ruang tengah tidak terisi seperangkat mebelair, hanya karpet, piano, tv, dan home theater, agar ruang terkesan luas. Di atas piano ada rak buku gantung yang juga berisi laptop untuk kesibukank kami sehari-hari di tempat kerja.

            Kamar mandi bersebelahan dengan ruang tidur dan hanya satu-satunya karena cukup luas untuk berdua. Masih ada sisa tanah kosong di belakang yang belum terpikir untuk apa karena dana masih habis terkuras untuk merenovasi rumah ini. Rumah yang kami beli semula belum direnovasi, tipe 36 dan kami sengaja membelinya agar bisa merenovasi sendiri sesuai dengan kemauan kami atau tepatnya, kemauanku.

            "Duh, hujan lagi Mas. Lebat banget, sampai-sampai ruang tengah terkena curahan hujan dari atap terbuka di atas kolam ikan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun