Dulu, sebelum hatinya pasrah pada nasihat ibu untuk hidup di desa lalu menikahiku, sebagai anak muda, ia pun sempat merantau dari kota ke kota, dari pondok ke pondok, untuk menenangkan hatinya demi mematuhi ibunya. Walaupun tidak mudah karena setelah menikah, pacarnya, noni Belanda itu sesekali masih menghubunginya, bahkan datang ke sini, ke rumahku ini. Cerita sang nenek kepada cucunya, anak sulung keponakannya. Ada getar cemburu yang masih tersisa. Tapi dengan kehadiran anak-anak yatim di rumah ini, ia tidak lagi teringat kepada mantan pacarnya. Ia tidak lagi sering ke kota. Apa yang dirasakan di hatinya aku pun tak tahu. Yang terasakan hanyalah ia pernah mencintai wanita lain sedemikian dalam tapi ibunya memisahkan mereka. Isterinya kembali menangis dengan cemas mengapa jasad suaminya utuh? Apakah tidak diterima bumi? Ada getar cemburu yang masih tersisa.