Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Guru Kurikulum atau Guru Inspiratif dan Kreatif?

15 Agustus 2020   14:28 Diperbarui: 15 Agustus 2020   15:03 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi
dok. pribadi
Guru inspiratif lain lagi targetnya. Pada umumnya mereka tidak melulu mengejar target kurikulum, melainkan mengajak murid-muridnya untuk berpikir kreatif (maximum thinking). Mereka, yang jumlahnya kurang dari 1 persen itu, berani melangkah mengajak muridnya "melihat" sesuatu di luar (thinking of the box).

Maka dari itu, tidak mengherankan jika guru inspiratif dianggap dapat membentuk calon pemimpin-pemimpin baru yang berani menghancurkan kebiasaan lama. Walaupun sistem seolah hanya memberikan tempat bagi guru kurikulum, namun kesediaan menjadi guru inspiratif sekaligus kreatif dalam era Merdeka Belajar dan pandemi ini seolah merupakan solusi alternatif.

Dengan demikian, tanpa mengabaikan keberadaan kurikulum, pembelajaran tetap berjalan dan dari para guru tersebut diharapkan para siswanya menghasilkan karya-karya pembaharuan, temuan-temuan spektakuler, produk-produk komersial, tanpa mengabaikan aspek sosial.

Dari para guru inspiratif inilah diharapkan akan muncul kreativitas untuk memperbaiki dan menghubungkan hal-hal yang sebetulnya tidak terhubung ( connecting the unconnected).

Dalam buku tersebut pun dikisahkan tentang seorang guru inspiratif bernama Erin Gruwell. Ia ditempatkan untuk mengajar di kelas yang dikategorikan "bodoh", karena murid-muridnya sering terlibat perkelahian antargang, awalnya, Erin pun menemui kesulitan, karena selain bodoh akibat tidak disipilin, mereka pun suka melawan, membuat kerusuhan, tamperamental pula. Di luar sekolah, mereka saling mengancam dan membunuh, di pinggang mereka terselip pistol dan kokain.

Bagaimana Eren menghadapinya? Eren tidak putus asa. Dalam situasi begini kreativitasnya pun muncul. Ia membuat kurikulum sendiri yang bukan hanya berisi aneka pengetahuan, tetapi ada pengetahuan tentang hidup. Ia  mengawalinya dengan permainan line games,  menarik garis merah di lantai, membagi mereka dalam dua kelompok kiri dan kanan, jika menjawab "ya" mereka harus mendekati garis.

Maka, pertanyaan pun dimulai dari hal yang ringan-ringan semisal album musik kesayangan, kepemilikan narkoba, sampai adakah yang mati dalam perkelahian antargang? Line games tiba-tiba seakan mempertemukan anak-anak yang senasib, yang merasa was-was, tegang, terancam kelompok lain, dan merasa tak punya masa depan.

Tiba-tiba saja mereka merasa santai terhadap guru dan teman-temannya, kemudian mereka bertekat memperbarui hubungan. Eren kemudian membagikan buku biografi untuk dibaca, dilanjutkan dengan meminta mereka menuliskan kisah hidupnya sendiri. tulisan mereka pun dibukukan. 

Alhasil, mereka pun bisa merasa lebih baik dan banyak yang menjadi pelaku perubahan dalam masyarakat. Kisah hidup yang difilmkan dengan judul Freedom Writers.

Kisah berikutnya adalah pengalaman teman sesama guru yang juga diberi tugas sebagai wali kelas murid yang nakal-nakal serta suka membuat gaduh di kelas. Anak yang paling nakal, sebagai ketua gang, malah diminta berperan sebagai ketua kelas. Hasilnya?

Ternyata, murid lelaki tersebut menunjukkan perubahan juga, dari siswa yang nakal sering keluar masuk kelas sesukanya, begitu ditunjuk sebagai ketua kelas, ia pun bisa mengekang dirinya. Bahkan akhirnya ia bisa menjadi ketua kelas yang bertanggung jawab dan terpilih lagi ketika naik tingkat,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun