Mohon tunggu...
Nanik Aprilia
Nanik Aprilia Mohon Tunggu... Pelajar/ Mahasiswa

Nama saya Nanik Aprilia biasa di panggil Lia Hobi saya menulis. Motto hidup saya "percayalah dengan keyakinan mu karena keyakinanmu adalah kunci sukses utama kita dan dengan kamu yakin kau sudah berbaik sangka pada sang pencipta"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mencintainya sebelum mencintaimu

22 Juni 2025   18:19 Diperbarui: 22 Juni 2025   18:19 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Aisyah Nashirah. "Aisy..." ya itu nama panggilanku  ketika di kampus. Saat ini aku tengah duduk dibangku kuliah lebih tepatnya semester 6. Hari ini aku akan menceritakan sedikit kisahku tentang bagaimana bisa aku  mencintaimu sedangkan aku belum mencintai Rabbku sedalam itu...

Singkat cerita, waktu itu aku masih duduk dibangku kuliah semester 4. Seperti orang pada umumnya aku mengenal sosok pria lewat pesan Instagram. Dia membuatku semangat setelah sekian lama sejak di bangku SMA aku tidak berani untuk berkenalan dengan siapapun bahkan aku menutup diri untuk tidak berkenalan dengan lelaki yang tidak aku kenal. Dia adalah sosok lelaki yang tidak lain adalah kakak seniorku di kampus, usianya cukup jauh denganku, saat itu dia sibuk sempro, sidang skripsi, dan lain-lain.

Waktu itu mungkin dia penasaran ingin berkenalan denganku. Tapi siapa sangka kata-katanya yang lembut membuatku luluh. Hingga tiba saatnya hatiku jatuh dalam perangainya ... sosoknya yang bertanggung jawab dan selalu mengusahakan apapun untuk orang yang dia sayangi. Hari demi hari kita lalui bersama, aku dan dia saling mengenal... saling berbagi cerita, bahkan kita selalu komunikasi hampir setiap hari ... pertemuan yang tidak diharapkan ... dan banyak harapan yang ingin kita gapai demi masa depan kita. Awalnya aku tidak serius dengannya. Aku hanya ingin punya teman cerita ... aku ingin punya teman yang saling mengingatkanku dalam kebaikan. Aku percaya tidak mungkin Allah menaruh rasa dalam hati ini melainkan ini adalah bagian dari rencananya.

Sosokku yang tak mudah untuk jatuh cinta. Bahkan sulit untuk akrab dengan lawan jenis. Tapi, entah kenapa dengannya aku merasa tenang, bahagia. Bahkan aku yakin kalau dia adalah jodohku. Aku mencintainya apapun keadaannya. Bagiku dia adalah sosok lelaki yang penyayang...penyabar... dan selalu berbakti kepada orang tuanya. Dia adalah orang pertama kali yang membuatku semangat mendo'akan kebaikannya.

Pagi  hari sekitar pukul 06.00 lebih dia berangkat ke rumah ayahnya untuk meminta restu karena hari itu adalah hari dimana dia akan berjuang demi gelar Sarjana. Aku selalu bilang kepadanya untuk minta restu kepada kedua orang tua nya, karena bagaimanapun... dia tetap ayahnya meski kedua orang tuanya sudah punya jalan hidup masing-masing. hari itu dia akan sidang skripsi. Aku selalu bilang kepadanya  ketika sampai di rumah ayahnya kabari aku.

Sebelumnya aku tidak pernah puasa untuk kebaikan seseorang. Tapi hari itu sebelum dia sidang skripsi aku puasa untuknya. Aku berharap ujian skripsinya selalu diberikan kelancaran dan kemudahan oleh Allah. Keesokan harinya kurang lebih sekitar pukul 07.00 lebih aku pergi ke kampus untuk menyemangatinya. Aku menyiapkan hadiah kecil untuknya. Dan berharap hadiah ku diterima olehnya meski harganya tidak seberapa, tapi aku ingin kita selalu mengingat Allah apapun keadaannya. Setelah beberapa jam kemudian akhirnya dia keluar dari kelas. Kelas yang membuat dia takut, gugup, bahkan sampai keningnya pun bercucuran dengan tetesan keringatnya. Sejak saat itu aku luluh dengan semangatnya, meskipun dia sedang sibuk dengan tugasnya tapi dia selalu ada untukku... selalu mengabari di tengah kesibukannya.

"Bagaimana mungkin aku mencintainya sedalam ini ya Tuhan ...?" Hingga pada suatu hari sikapku berubah menjadi lebih protektif bahkan aku selalu cemburu ketika dia bersama dengan orang lain. Suatu ketika, ada seseorang yang mengirim pesan kepadaku lewat aplikasi WhatsAap dia mengatakan jika dia adalah adiknya dan dia mengatakan jika orang tuanya bahkan keluarganya tidak merestui hubungan kami. Disitulah hatiku hancur ... antara ingin marah, nangis, dan rasanya aku ingin mengeluarkan segala keluh kesah yang ada didalam hatiku... Sejak saat itu aku mulai overthingking ... aku tidak percaya jika hubungan kami akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius. Di situlah keraguan seketika muncul di benak kami masing-masing. Kita sudah tidak seperti dulu lagi yang setiap hari komunikasi, bertukar cerita, bahkan kita ragu jika hubungan ini akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius. Tapi apalah daya meskipun hubungan kita tidak seharmonis dulu, kita selalu menyempatkan waktu untuk saling bertanya kabar.

Hingga tiba saatnya hari yang paling di tunggu-tunggu olehnya. Ya hari itu adalah hari  kelulusan dia, hari dimana dia akan wisuda dan memperoleh gelar Sarjana. Semua calon wisudawan dan wisudawati termasuk dia yang aku cintai tengah masuk ke dalam area Wisuda dan  mengambil tempat duduk yang sudah disediakan oleh panitia. Antara bahagia dan sedih karena dalam hitungan menit dia akan lulus dan meraih gelar Sarjananya. Aku bahagia, aku terharu, aku sedih karena selama ini aku menjadi saksi betapa dia semangat untuk meraih impiannya. Perjuangan dia minta tanda tangan dosen sangatlah tidak mudah. Bayangkan saja di tengah malam yang diselimuti rintihan hujan nan dingin dia berjuang demi tanda tangan dan ACC dari dosen, padahal tubuhnya dalam keadaan tidak baik-baik saja...

Tapi alhamdulillah hari ini dia lulus dan sudah mendapatkan gelar Sarjana. Tapi ada suatu hal yang membuatku sedih bahkan kepikiran. Ya ... bagaimana tidak ? jika hubungan kami tidak mendapatkan restu dari keluarganya. Sejak saat itu, aku semangat bangun tahajjud aku berdo'a untuk kebaikannya ... aku berharap akan ada keajaiban yang Allah berikan kepadaku. Tapi kenapa Tuhan jalanmu tidak sesuai dengan harapanku ...?

suatu ketika dia bilang kepadaku!  "aku  tidak ingin melanjutkan hubungan ini" jlebbbb .... rasanya hatiku hancur, bagaikan serpihan kaca yang menusuk ke dalam relung hati yang paling dalam. Aku merasa seperti sedang berjalan di atas pecahan kaca, setiap langkah yang aku ambil terasa seperti menusuk dan melukai diri sendiri. Aku tidak menyangka kalau hubungan kita bakal seperti ini. Aku tidak menyangka jika pertemuan singkat ini berujung pada perpisahan yang menyakitkan. Kenangan manis yang pernah kami bagi bersama kini berubah menjadi kenangan pahit yang tak bisa aku lupakan. Hatiku sakit bahkan mataku bengkak, merah, dan berair. Aku tidak bisa menahan air mata yang terus mengalir, seperti hujan yang tidak pernah berhenti.  Aku merasa seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga, sesuatu yang tidak bisa digantikan oleh apapun di dunia ini. Aku mencoba untuk menutup mataku, berharap bahwa rasa sakit ini akan hilang, tapi tidak, rasa sakit itu tetap ada, membekas di dalam hatiku seperti luka yang tidak pernah sembuh. Rasa kecewa yang membuatku sakit hati, hingga aku pernah berpikir untuk mengakhiri hidupku ... aku kecewa kepada Tuhanku ... aku tidak menyangka jika Tuhan akan mengambilnya dariku, padahal aku selalu sujud kepadanya. Aku penuhi perintahnya, bahkan di ujung malam ketika orang lain sibuk dengan tidurnya aku sujud kepadanya ... aku berdo'a kepadanya meminta yang terbaik untuk hubunganku dengannya.

Tapi entah kenapa Tuhan berkehendak lain. Dia membuatku  kecewa dan sakit hati. Hingga aku berpikir ingin minum-minuman keras. Padahal sejak aku lahir aku tidak pernah menyentuh barang haram itu. Tapi entah kenapa patah hati kali ini rasanya sangat menyakitkan karena aku mencintainya melebihi rasa cintaku kepada diriku sendiri. Sejak saat itu imanku goyah ... aku tidak percaya lagi dengan tuhanku. Aku tidak percaya jika Allah itu ada. Sampai aku berpikir "kenapa ya Allah ...? kenapa harus aku. Padahal selama ini aku selalu penuhi perintahmu. Kenapa ketika aku sudah bertemu dengan seseorang yang aku cintai bahkan aku yakin jika dia akan menjadi Imamku. Kenapa engkau tiba-tiba mengambilnya dariku...?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun