Mohon tunggu...
NaBe
NaBe Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Sedang doyan berfikir aneh

Berkhayal indah memang enak dan jadi pemenang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sepi tapi Ramai, namun Sedih

27 Mei 2020   08:00 Diperbarui: 27 Mei 2020   08:01 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FOTOGRAFER yunandri agus

          Hari raya Idul Fitri banyak di nanti kaum muslim di mana pun, termasuk kaum muslim di negara Indonesia.

Hari raya Idul Fitri bukan hanya cerita berakhirnya hari-hari menahan lapar dan banyak bersabar, tapi juga kisah pesta kecil di suatu rumah yang penuh rasa ketulusan untuk saling memaafkan.

Hari suci itu mengumpulkan banyak orang untuk bertemu setelah setahun berpisah karena jarak jauh dan kesibukan bekerja mengumpulkan uang demi bertahan hidup.

Semua berkumpul dengan busana indah dan hati nurani yang bening. Sikap yang tak acuh berubah saat hari suci menjadi tingkah yang santun.

Semua merasa saling mendekat untuk melunturkan logika egois yang menyandera bathin. Bersalaman dan berpelukan adalah aksi wajar pada hari nan kudus. Bertanya kabar, rencana masa depan, curahan hati yang gelisah, mencari jalan keluar bersama, menyamakan persepsi dan menyatukan tujuan adalah hal yang terjadi saat hari lebaran.

Namun saat ini Mei 2020, cerita di atas menjadi dongeng di kepala karena negara Indonesia terkena pandemi covid19.

Pemerintah pusat di ikuti  pemerintah daerah membuat peraturan tegas untuk melarang warganya membuat kerumunan lebih dari lima orang dan tiada berizin bagi warga tertentu untuk mudik.

Alasan yang di berikan cukup masuk akal dan mampu memberikan rasa tidak tega berbuat jahat kepada orang lain. Selamatkan keluarga anda dari virus covid19. Jangan mudik, jangan sebarkan virus corona kepada orang tua anda yang sepuh. Bersabarlah, tahun ini jangan mudik dulu semoga tahun depan udara bersih dan anda bisa mudik lagi.

Begitulah bunyi iklan layanan masyarakat yang membujuk warga di perantauan agar mampu menahan diri untuk pulang kampung supaya tidak ada penambahan jumlah korban virus covid19.

Virus terkutuk itu belum ada obat yang mampu mengalahkan keganasannya sehingga jumlah orang yang wafat terlihat bertambah banyak.

 Tapi rasa rindu yang tertahan lama tidak mampu membendung para perantauan untuk berjumpa kembali dengan orang tercinta. Kenangan manis saat masih di kampung menciptakan kekuatan niat untuk segera mendarat di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun