Mohon tunggu...
Nanda Rizki Utami
Nanda Rizki Utami Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

College Student at IPB University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Edible Film: Teknologi Pengemasan Pangan Ramah Lingkungan Pengganti Plastik di Masa Depan

16 Juli 2021   16:58 Diperbarui: 16 Juli 2021   17:58 2921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pencemaran lingkungan yang terjadi di Indonesia akibat sampah plastik sudah menjadi ancaman saat ini dan masa depan. Banyak sekali limbah anorganik yang dibuang ke sungai, danau maupun laut yang menyebabkan rusaknya ekosistem perairan. Hewan di air seperti ikan-ikan menjadi korban atas perbuatan manusia yang tak bertanggung jawab. Tak hanya itu, tumbuhan dan ekosistem terumbu karang pun ikut terancam kelestariannya.

Melihat banyaknya pencemaran lingkungan yang terjadi akibat sampah plastik, diperlukan teknologi ramah lingkungan untuk mengatasinya. Penggunaan edible packaging menjadi salah satu solusi untuk mengurangi sampah plastik tersebut. Edible packaging merupakan kemasan ramah lingkungan pengganti plastik yang aman untuk dimakan dan dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Edible packaging ini dapat digunakan sebagai kemasan primer pada bahan pangan.

Selain untuk mengurangi sampah plastik, edible packaging memiliki banyak manfaat. Diantaranya untuk melindungi produk makanan dari oksidasi, temperatur yang tidak stabil, kelembapan, dan sinar ultraviolet, memperpanjang masa simpan produk, mencegah perpindahan padatan terlarut, meningkatkan nilai estetika produk dan mencegah kontaminasi produk. Disamping manfaat yang diperoleh, adapula kekurangan dari edible packaging. Salah satunya yaitu edible packaging hanya dapat digunakan sebagai kemasan primer pada bahan pangan sehingga belum banyak yang mengembangkan teknologi ini. 

Pada pengemasan bahan pangan, edible packaging memiliki tiga jenis bentuk, yaitu edible coating, edible film, dan enkapsulasi. Hal yang membedakan antara edible film dengan edible coating adalah cara pengaplikasian bahan. Pada edible film, lapisan dibentuk secara tidak langsung pada produk yang akan dilapisi, sedangkan pada edible coating produk akan dilapisi secara langsung. Enkapsulasi adalah kemasan pada bahan pangan yang berfungsi untuk membawa serbuk zat flavor (Christsania, 2008).

Edible coating yaitu pelapisan secara langsung pada bahan pangan dengan bahan pelapis yang dapat dimakan. Edible coating biasanya terdapat pada buah-buahan, makanan semi basah (intermediate moisture foods), daging beku, sosis, dan obat-obatan sebagai pelapis kapsul. Pengaplikasian edible coating ini dapat dicelupkan, dioleskan, disemprot dan dituang langsung pada produk bahan pangan. Penggunaan edible coating dengan cara dituang dinilai kurang efektif karena terdapat bagian-bagian yang tidak terjangkau sehingga bagian tersebut tidak tertutupi oleh edible coating.

Edible film adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan yang aman untuk dimakan. Lapisan tipis ini dibentuk untuk melapisi produk dengan cara meletakkan edible film tersebut diantara komponen bahan pangan. Tujuan dari pelapisan ini adalah menjaga bahan pangan agar tetap berada dalam kondisi yang baik (Ahmed et al, 2008). Edible film memiliki ketebalan sekitar 50-250 m dan dapat diaplikasikan untuk membungkus produk makanan atau membuat kantong dan tas. Karakteristik yang terdapat pada edible film diantaranya merupakan komponen non toksik dan non elergik, mampu mengontrol migrasi air, menjaga stabilitas terhadap suhu, oksigen, dan sinar ultraviolet, mampu mencegah perpindahan padatan terlarut, mencegah kontaminasi produk dan menjadi pembawa bahan aditif.

Enkapsulasi atau mikroenkapsulasi adalah suatu teknik pengemasan yang berfungsi untuk melindungi komponen fungsional pada bahan pangan. Pengemasan dengan metode enkapsulasi memerlukan material yang memiliki sifat barrier tinggi untuk menghasilkan mikrokapsul yang berukuran 1 - 200 m. Kelebihan dari teknik mikroenkapsulasi adalah produk akan memiliki masa simpan yang relatif lama, mudah untuk dicampurkan dengan bahan lain, memiliki kadar air yang rendah sehingga produk dapat terhindar dari pertumbuhan jamur. Kekurangan teknik mikroenkapsulasi diantaranya proses pembuatan yang rumit, biaya yang dikeluarkan relatif mahal dan penampakan flavor berbeda dengan bahan alaminya (Champagne dan Fustier, 2007).

Bahan yang digunakan untuk membuat edible packaging adalah hidrokoloid, lipida, dan komposit. Pada proses pembuatannya, diperlukan juga bahan tambahan seperti plasticizer yang digunakan untuk meningkatkan elastisitas atau fleksibilitas pada edible packaging, flavor (pengaroma), pewarna, antimikroba, dan antioksidan. 

Hidrokoloid memiliki 2 jenis yaitu protein dan polisakarida. Beberapa contoh protein yang digunakan dalam pembuatan edible packaging adalah protein jagung, protein kedelai, kasein, kolagen, gelatin, corn zein, protein susu dan protein ikan. Sedangkan contoh polisakarida yang digunakan pada pembuatan edible packaging adalah pati dan turunannya, selulosa dan turunannya, ekstrak ganggang laut (alginat, karagenan, dan agar), pectin, gum (gum arab dan gum karaya), kitosan dan xanthan. Kandungan yang terdapat pada lipida diantaranya lilin alami (beeswax, carnauba wax, dan parrafin wax), gliserol/gliserin, asam lemak (asam oleat dan asam laurat) dan emulsifier. Kandungan yang terdapat pada komposit terdiri atas campuran hidrokoloid dan lipida.

Edible packaging merupakan kemasan pengganti plastik yang ramah lingkungan dan aman untuk manusia. Banyak sekali manfaat yang terdapat pada edible packaging, mulai dari perlindungan terhadap bahan pangan hingga meningkatkan nilai estetika. Peran industri pangan yang ada di Indonesia sangat diperlukan dalam mengembangkan edible packaging agar kemasan ini tak hanya menjadi kemasan primer saja. Edible packaging diharapkan menjadi teknologi yang berguna di masa sekarang maupun masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun