Mohon tunggu...
Nanci kaka
Nanci kaka Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya percaya setiap orang punya kisah berharga. Dari sana saya belajar memahami hidup dengan lebih dalam~

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Di Balik Rumah Beratap Alang: Kisah Anak yang Kalah oleh Asap

29 September 2025   00:06 Diperbarui: 29 September 2025   12:19 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah adat beratap alang di Sumba, dengan kolong rumah yang kerap dipakai memelihara hewan. (Dokpri)

Namun, di balik nilai budayanya, desain rumah yang minim ventilasi sering kali membuat udara kotor terperangkap dan membahayakan kesehatan penghuninya.

Asap kayu bakar yang digunakan untuk memasak mengandung partikel halus yang bisa masuk ke paru-paru. Balita dan ibu rumah tangga adalah kelompok yang paling sering terpapar, sehingga lebih mudah terserang batuk, sesak napas, hingga pneumonia. Anak-anak di rumah seperti ini sering mengalami gangguan pernapasan berulang.

Keberadaan hewan di bawah rumah menambah persoalan lain. Kotoran babi atau ayam bisa menjadi sumber pencemaran udara dan penyakit. Lalat, bau, dan kelembapan bercampur dengan udara yang sudah dipenuhi asap kayu bakar.

Pola hidup seperti ini memperlihatkan betapa eratnya kaitan budaya, perilaku, dan kesehatan keluarga.

Apa Itu ISPA?

ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah penyakit yang menyerang organ pernapasan, mulai dari hidung, tenggorokan, sampai paru-paru. Gejalanya muncul cepat, mulai dari batuk, pilek, hingga sesak napas.

ISPA ringan sering dianggap remeh karena mirip flu biasa. Namun, pada kondisi lebih berat, ISPA bisa berkembang menjadi pneumonia, yaitu infeksi yang menyerang paru-paru dan bisa berakibat fatal, terutama bagi balita.

ISPA tidak hanya soal penyakit, tapi erat kaitannya dengan kondisi lingkungan rumah. Polusi udara dari dapur, asap rokok, hingga ventilasi yang buruk membuat risiko ISPA semakin tinggi.

Data ISPA di Indonesia dan NTT

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat prevalensi ISPA di Indonesia mencapai 9,3%, dengan angka tertinggi pada balita sebesar 11,2%.

Di Nusa Tenggara Timur (NTT), prevalensi ISPA balita bahkan lebih tinggi, sekitar 13–14%, menempatkan provinsi ini sebagai salah satu yang paling terdampak di Indonesia pada saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun