Mohon tunggu...
Nanci kaka
Nanci kaka Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya percaya setiap orang punya kisah berharga. Dari sana saya belajar memahami hidup dengan lebih dalam~

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Di Balik Rumah Beratap Alang: Kisah Anak yang Kalah oleh Asap

29 September 2025   00:06 Diperbarui: 29 September 2025   12:19 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah adat beratap alang di Sumba, dengan kolong rumah yang kerap dipakai memelihara hewan. (Dokpri)

Kisah Duka dari Kampung

Belum lama ini, kabar duka datang dari sebuah kampung di Nusa Tenggara Timur (NTT). Seorang anak kecil meninggal dunia setelah berbulan-bulan berjuang melawan sakitnya.

Awalnya ia hanya mengalami gangguan pernapasan, lalu divonis menderita penyakit paru. Kondisinya semakin memburuk hingga akhirnya mengalami hydrosefalus dan tak terselamatkan.

Rumah tempat anak itu tinggal sebenarnya terlihat sederhana dan hangat dari luar. Atapnya terbuat dari alang-alang, lantainya dari bale-bale kayu.

Di bawah rumah, babi dan ayam dipelihara. Semua aktivitas dilakukan di ruang yang sama, mulai dari memasak, tidur, hingga berkumpul keluarga.

Namun, minimnya ventilasi membuat asap kayu bakar menumpuk setiap hari di dalam rumah. Belum lagi sang ayah seorang perokok aktif. Asap rokok bercampur dengan asap dapur, memenuhi udara yang dihirup anak-anak.

Bayangkan, seorang balita tidur di ruang penuh asap, sementara di bawah lantai ada kotoran hewan yang jarang dibersihkan. Rumah yang seharusnya menjadi tempat aman justru menjadi sumber penyakit.

Kisah ini bukan hanya tragedi keluarga, melainkan potret nyata persoalan kesehatan lingkungan di banyak desa di NTT.

Rumah Beratap Alang dan Risiko Kesehatan

Rumah beratap alang adalah bagian dari identitas budaya masyarakat NTT. Di beberapa wilayah pedesaan, seperti di Sumba, Timor, maupun Flores, rumah jenis ini masih banyak dijumpai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun