Mohon tunggu...
Nanang Martono
Nanang Martono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Penulis dr Pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dunia Lebih Indah Tanpa Sekolah

25 Agustus 2014   23:53 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:34 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14089603251291803117

Penulis: Nanang Martono

Tahun terbit: 2014

Penerbit: Mitra Wacana Media, Bogor

Pendidikan adalah kunci kemajuan bangsa dan selalu menjadi isu yang menarik untuk dikaji. Dalam perjalanannya, pendidikan di Tanah Air selalu menuai masalah dan mengundang banyak kontroversi. Apa yang terjadi dengan sistem pendidikan kita?

Atas dasar itu, buku ini lahir untuk menguraikan berbagai masalah yang berhubungan dengan praktik persekolahan di Tanah Air. Seringkali problem tersebut tidak disadari masyarakat umum, sehingga mereka menganggapnya sebagai hal yang wajar. Masyarakat pun ‘rela’ ditindas. Akibatnya, penindasan tersebut berlangsung terus menerus tanpa ada yang menghentikannya. Pendidikan seharusnnya menjadi alat untuk membebaskan manusia dari segala bentuk penindasan.

Namun, dalam kenyataannya, sekolah justru menjadi penindas yang menggunakan bebagai cara dan strategi. Parahnya, penindasan tersebut dianggap sebagai hal yang wajar dan semestinya, dan tidak pernah disadari. Sekolah tak ubahnya seperti sebuah penjara. Banyak anak yang merasa ‘terpaksa’ berada di sekolah untuk waktu yang lama. Kita harus segera menghentikan segala praktik penindasan di sekolah, dan menjadikan sekolah sebagai tempat yang paling menyenangkan di dunia.

---------------------------------

“... tulisan Nanang mengajak kita membuka wawasan dan cakrawala, serta memancing kita untuk ikut arus, terlibat dalam penggalian mendalam tentang persoalan pendidikan, yang selama ini ‘diandaikan’ begitu saja. Apa yang selama ini oleh kebanyakan orang dianggap benar, wajar, dan sudah sewajarnya, dalam tulisan ini digali lebih dalam, ditinjau persoalan problematisnya, serta dengan kemampuan antisipatifnya, ia mengajukan pemecahan kreatif bagi berbagai macam persoalan yang ada ...”

(Doni Koesoema A)

“... kita mungkin tidak menyadari bahwa sekolah akhir-akhir ini boleh jadi telah berubah menjadi kawasan yang paling berbahaya bagi anak. Sekolah bisa lebih merusak daripada mall. Banyak anak dipaksa ke sekolah, sedangkan ke mall adalah sebuah kegembiraan bagi mereka. Umum beranggapan sekolah pasti adalah tempat terbaik setelah keluarga di rumah. Kenyataannya ternyata tidak selalu demikian. ...”

(Daniel Mohammad Rosyid)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun